PALANGKARAYA, KOMPAS - Festival Perahu digelar di kawasan Taman Nasional Sebangau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada Sabtu sampai Senin (21-23/7/2018). Festival itu menarik pengunjung untuk ke kawasan wisata ekologi tersebut.
Festival diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalteng bekerja sama dengan Kelompok Sadar Wisata Kereng Bangkirai. Sejak dibuka, hampir 500 tiket terjual habis pada pukul 08.00-12.00.
Suguhan utama festival adalah lomba balap kelotok (perahu mesin), lomba perahu hias, dan basei kambei, permainan seperti tarik tambang, tetapi para peserta berada di atas perahu dan dilaksanakan di sungai. Selain itu juga ada tari-tarian dan nyanyian.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Kereng Bangkirai Aldius menjelaskan, jumlah pengunjung Kereng Bangkirai sebagai pintu masuk Taman Nasional Sebangau (TNS) 2.500 orang per minggu. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat selama festival.
Menurut Aldius, selain menikmati sungai hitam khas Kalimantan, pengunjung bisa menikmati perjalanan menggunakan kelotok. Sungai hitam terbentuk karena kandungan tanin yang tinggi akibat dikelilingi oleh rawa gambut.
Daerah TNS merupakan salah satu wilayah dengan ekosistem gambut terbaik di Kalimantan. Selain, hutannya yang asri, masih banyak satwa liar dilindungi yang hidup di kawasan seluas 542.141 hektar.
Selain wisata ekologi, di kawasan ini juga terdapat hutan pendidikan yang dinamakan Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) yang dikelola oleh Sustainable Management of Tropical Peatland Universitas Palangka Raya dan Borneo Nature Foundation seluas 50.000 hektar.
”Selain berwisata, banyak peneliti yang datang ke sini. Mereka datang baik dari dalam maupun luar negeri,” ujar Aldius.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Guntur Taladjan mengatakan, pihaknya berencana membuat festival tersebut masuk dalam kalender wisata dan menjadi acara tahunan. Tujuannya agar wisata ekologi lebih dikenal masyarakat Kalteng ataupun di luar Kalteng.
”Ada 143 peserta yang ikut lomba. Sebagian besar pemuda. Jadi selain untuk tujuan wisata ada nilai budaya yang kami tanam untuk pemuda,” kata Guntur. (IDO)