PALANGKARAYA, KOMPAS – Hujan membantu pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah. Sampai saat ini hanya ada satu titik panas yang terdeteksi di Kabupaten Seruyan, tepatnya di Seruyan Hilir Timur.
Sampai Senin (23/7/2018) malam hujan terus mengguyur sebagian besar wilayah Kalteng. Titik panas pun hilang dalam sekejap. Padahal pada Sabtu (21/7/2018) lalu titik panas masih terdeteksi di 14 titik di seluruh Kalteng.
Kebakaran di Palangkaraya pada Sabtu hingga Minggu (22/7/2018) malam pun sudah padam. Kebakaran yang melanda lahan gambut di sekitar Mahir-Mahar dan Jalan Banteng Ujung Palangkaraya tak lagi muncul.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Chandra Mukti mengungkapkan, tahun ini seluruh kabupaten/kota di Kalteng memasuki musim kemarau yang lebih kering dari dua tahun belakangan. Hal itu membuat gambut dan tanah bergambut menjadi lebih kering.
“Meskipun kemarau bukan berarti tidak ada hujan. Hujan tetap ada tetapi dengan intensitas yang rendah atau kecil,” kata Chandra di Palangkaraya Senin (23/7/2018).
Pada tahun 2016-2017 cuaca masih dipengaruhi oleh peristwa La Nina di mana suhu air laut di Samudera Pasifik berada di bawah suhu rata-rata sekitarnya. Saat itu tanah gambut lebih mudah basah. Saat ini adalah keadaan kebalikannya.
“Apabila hujan dengan intensitas lebat atau sedang secara tidak langsung memang membantu proses pemadaman kebakaran dan membuat lahan menjadi basah,” jelas Chandra.
Meskipun hujan, kata Chandra, satelit masih bisa menangkap titik-titik panas yang ada di Kalteng.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Darliansjah mengatakan, pihaknya sampai saat ini juga terus melakukan upaya pencegahan kebakaran. Caranya adalah dengan melakukan pembasahan lahan-lahan di titik-titik rawan kebakaran.
“Pembasahan juga terus dilakukan sekaligus dengan patroli tim yang menyisir semua daerah,” ungkap Darliansjah.
Adanya hujan secara tidak langsung juga menghemat penggunaan helikopter water boombing yang menelan biaya ratusan bahkan miliaran rupiah karena penggunaan bahan bakar dan biaya sewa juga pilot.
Sampai saat ini terdapat dua helikopter yang digunakan pemprov Kalteng untuk membantu pemadaman api. Keduanya adalah Helikopter Mi 8MTV UPMI815 dan MI 8MTV UPMI862 yang merupakan bantuan dari pusat. Sejak awal tahun helikopter tersebut sudah menggunakan 1,08 juta liter air untuk memadamkan api di hutan dan lahan Kalteng.
Komandan Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Kolonel Inf Harnoto menjelaskan, pihaknya sudah mengusulkan untuk meminta tambahan helikopter karena daya jangkau tim darat yang tidak terlalu jauh. Kebakaran di dalam hutan yang jauh dari jalan hanya bisa dilakukan melalui helikopter.
“Usulan kami sembilan tetapi baru bisa dua yang diberikan, untuk saat ini masih cukup,” tambah Harnoto.