AMBON, KOMPAS - Tingkat kemiskinan di Provinsi Maluku terus menurun dalam tiga semester terakhir hingga mencapai 18,12 persen pada Maret lalu. Tren penurunan itu diperkirakan akan terus melaju seiring keberpihakan pemerintah pusat bagi daerah yang kini termasuk empat besar provinsi dengan persentase kemiskinan tertinggi di Indonesia itu.
Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, per Maret 2017, angka kemiskinan di Maluku sebesar 18,45 persen atau 320.510 jiwa, lalu September 2017 sebesar 18,24 persen atau 320.420 jiwa, dan Maret 2018 menjadi 18,12 persen atau sekitar 320.080 jiwa. Garis batas kemiskinan adalah Rp 456.457 per kapita per bulan.
”Penurunan angka kemiskinan ini juga bagian dari imbas program pembangunan nasional yang cukup banyak mengarah ke timur Indonesia, termasuk Maluku,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Dumangar Hutauruk di Ambon, Senin (23/7/2018).
Salah satunya adalah kelancaran distribusi barang ke seluruh pelosok Maluku lewat program tol laut. Tol laut adalah program yang dimulai sejak era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan tujuan untuk menekan disparitas harga di kawasan timur Indonesia.
Lewat tol laut, distribusi barang semakin lancar dan meluas. Seperti temuan Kompas di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tengara Barat beberapa waktu lalu, harga air mineral dalam kemasan 600 mililiter hanya Rp 5.000 per botol. Harga tersebut sama dengan harga di Ambon.
Padahal, pada Agustus 2015, sulit menemukan air kemasan di sana. Jika ada, harganya mencapai Rp 7.000 per botol. Di Maluku, kapal tol laut melayani sejumlah daerah yang merupakan kantong-kantong kemiskinan di Maluku, yakni Maluku Barat Daya, Maluku Tengara Barat, dan Kepulauan Aru.
Selain tol laut, kata Dumangar, menurunnya angka kemiskinan juga didorong oleh proyek pembangun infrastruktur jalan. Jalan yang mulus mendukung akses petani dari desa memasarkan hasil kebun di kota, seperti di Pulau Seram, Buru, dan bagian Tenggara Maluku.
Selain itu, juga pembangunan sejumlah sarana irigasi untuk mendukung sektor pertanian. Sektor perikanan pun mulai membaik. Ikan-ikan mulai diekspor. Selama Januari-Mei 2018, diperoleh pendapatan 2,3 juta dollar AS atau naik 478,2 persen dibanding periode yang sama tahun 2017.
Sebelumnya, dosen pada Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan Universitas Pattimura, Ambon, Ruzlan Tawary, menyatakan, untuk menekan angka kemiskinan di Maluku, sektor kelautan dan perikanan perlu digenjot. Salah satunya perlu dibangun industri perikanan. (FRN)