Erosi Jurang Sumbang Sedimen Besar di Waduk Gajah Mungkur
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS — Erosi jurang menjadi penyumbang sedimen yang besar di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. Karena itu, diperlukan penanganan secara komprehensif untuk mengendalikan erosi jurang supaya menghambat sedimentasi.
”Erosi jurang itu menyumbang sedimen hingga 9-10 kali lipat lebih besar dibandingkan longsoran,” kata Nur Sumedi, Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Balitek DAS), Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Solo, Jawa Tengah, Selasa (24/7/2018).
Sumedi mengatakan, erosi jurang adalah pengikisan air pada tanah sehingga membentuk jurang. Akibat terus tergerus aliran air dari hujan, terbentuk jurang dengan bentuk V ataupun U yang semakin lama menjadi semakin dalam dan lebar. Di daerah tangkapan air Waduk Gajah Mungkur, pertambahan lebar jurang rata-rata mencapai 1,35 meter per tahun. ”Dari kajian kami, ke dalamnya setiap tahun rata-rata bertambah sekitar 0,5 meter (per tahun), itu (sedimen) terbawa sampai ke waduk,” katanya.
Berdasarkan kajian Japan International Cooperation Agency (JICA) tahun 2007, di wilayah tangkapan air Waduk Gajah Mungkur, sedimen dari erosi yang berasal dari jurang (erosi jurang) mencapai volume total 94.034 meter kubik (m3) per tahun. Produksi sedimen dari erosi jurang itu jauh lebih tinggi dibandingkan volume sedimen akibat longsoran yang tercatat sebesar 10,278 m3 per tahun. Sedimen erosi jurang terbawa aliran air sungai hingga ke Waduk Gajah Mungkur. Karena itu, ujar Sumedi, diperlukan upaya komprehensif untuk mengendalikan laju sedimentasi yang diakibatkan erosi jurang.
”Walaupun tutupan vegetasi hutan cukup, erosi tidak bisa sepenuhnya habis karena tanah di Wonogiri termasuk vulkanik muda, jenisnya remah sehingga kalau kena hujan pasti ada yang terbawa (arus air), tetapi paling tidak kalau tutupan vegetasi cukup, rehabilitasi lahan berjalan dengan baik, bangunan sipil teknis dijaga dengan baik, itu akan mengurangi sedimentasi dan memperpanjang umur waduk,” kata Sumedi.
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Solo, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Suratman mengatakan, volume sedimen yang masuk ke Waduk Gajah Mungkur selama 35 tahun sejak waduk itu beroperasi mencapai 3,18 juta m3. Akibat sedimentasi, kapasitas tampung waduk menurun dari 440 juta m3 air menjadi 375 juta m3 pada tahun 2005. Berbagai upaya terus dilakukan untuk menahan laju sedimentasi, antara lain menghijaukan wilayah daerah tangkapan air Waduk Gajah Mungkur dan wilayah Daerah Aliran Sungai Keduang serta DAS Bengawan Solo. Setiap tahun pihaknya menyediakan 1 juta bibit pohon untuk ditanam. Selain itu juga membuat dam-dam pengendali dan dam penahan sedimen. Pengerukan sedimen juga dilakukan Perum Jasa Tirta I sebagai pengelola Waduk Gajah Mungkur. (RWN)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.