Kekeringan Terus Meluas
Kekeringan meluas di sejumlah wilayah. Warga berupaya mengatasi dengan berbagai cara. Menyedot air dari waduk untuk mengairi sawah sampai menampung rembesan air tanah di dinding bukit serta memanfaatkan kredit air demi mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
LAMONGAN, KOMPAS Sebanyak 422 desa di 27 kabupaten di Jawa Timur mengalami kekeringan sejak Mei. Untuk mengairi tanaman padi, petani menyedot sisa air dari waduk dengan pompa.
Di Gresik, hampir sebulan petani memompa air dari Waduk Bunder ke sawah. ”Umur padi rata-rata 50-60 hari jadi masih butuh air,” kata Taufik (48), petani, Senin (23/7/2018). Ia memasang pompa pipa untuk mengalirkan air waduk ke sawah yang berjarak 100 meter.
Akibat kekeringan, tanaman padi seluas 485 hektar di Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, terancam gagal panen. Tanaman tersebar di Desa Sukorejo (75 hektar), Sukoanyar (150), Tawangrejo (100), Wangunrejo (125) dan Turi (35).
Bupati Lamongan Fadeli menyatakan, pihaknya meminta pintu bendung gerak Sembayat ditutup, sedangkan pintu bendung gerak Babat dibuka agar air Bengawan Solo mengairi Bengawan Jero. Organisasi perangkat daerah terkait diminta menata ulang manajemen irigasi pertanian di wilayah Bengawan Jero.
Di Bojonegoro, kemarau berdampak pada menyusutnya Waduk Pacal, di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang. Air Waduk Pacal tersisa 1,9 juta meter kubik dan tidak akan dikeluarkan lagi untuk menjaga konstruksi waduk selama kemarau. Sebanyak 26 embung desa di 10 kecamatan juga mengering.
Gubernur Jatim Soekarwo meminta pemerintah kabupaten/kota segera memasok air bersih bagi warga desa yang kesulitan air. Desa yang mengalami kekeringan parah antara lain di Pacitan, Trenggalek, Bangkalan, Sampang, Ponorogo, Kediri, dan sepanjang pantai utara (pantura), yakni Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Tuban.
Pemkab Bojonegoro, Pacitan, Lamongan, dan Tuban mulai membantu air bersih ke desa yang tidak memiliki sumber air.
Di Jawa Barat, musim kemarau memicu berkurangnya debit air di sejumlah waduk. Namun, belum mengganggu fungsi utama waduk. Di Waduk Cirata yang ada di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta, ketinggian air surut dari 216 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadi 214 mdpl dalam dua pekan terakhir. Waduk dengan luas genangan hingga 62 kilometer persegi ini menjadi sumber air pembangkit listrik dengan total daya 1.008 megawatt.
”Penyusutan ini dampak dari musim kemarau. Namun, masih normal. Sebab, ketinggian air minimal untuk menggerakkan turbin 206 mdpl,” ujar Manajer Operasi dan Pemeliharaan Badan Pengelola Waduk Cirata Hijrah Kurniawan, Senin. Namun, penyusutan berpotensi tambah besar. Kemarau di Jabar diperkirakan akan berlangsung hingga dua bulan ke depan.
Penyusutan muka air juga terjadi di Waduk Saguling. Selain dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, waduk di Kabupaten Bandung Barat itu digunakan untuk keramba jaring apung.
Cecep (38), pemilik keramba di Waduk Saguling, mengatakan, penyusutan terjadi sejak awal Juli. Namun, penyusutan belum mengganggu usaha jaring apung.
Menurut Cecep, puncak penyusutan biasanya terjadi pada pertengahan hingga akhir Agustus. Bagian tepi waduk akan mengering di beberapa tempat.
Rembesan air
Sebagian warga Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten, memanfaatkan air tanah yang merembes di dinding perbukitan. Warga berjalan kaki atau naik motor ke sumber air untuk mengangkut dengan galon dan jeriken, sebulan terakhir.
Muyasaroh (35), warga Kelurahan Mekarsari, Pulomerak, Senin, mengatakan, kekeringan terjadi sejak pertengahan Juni 2018. ”Setelah Lebaran, air susah didapat. Saya harus membawa satu galon dan tiga jeriken ke sumber air,” katanya.
Muyasaroh jalan kaki sekitar 1 kilometer ke sumber air. Kapasitas galon 19 liter, sedangkan kapasitas tiap jeriken sekitar 10 liter. Dia menunggu delapan jam sejak pukul 08.00 hingga semua galon dan jeriken penuh.
Dari pantauan, sekitar 65 galon dan jeriken berderet tak jauh dari sumber air. Sumber tersebut, berupa tebing dengan air yang mengalir di sela-selanya. Mekarsari terletak di perbukitan. Sebagian air mengalir ke ceruk-ceruk kecil di sekitarnya.
Para ibu antre menampung air mulai pukul 04.30 hingga pukul 18.00. Beberapa perempuan mandi sambil mengenakan kain dan mencuci pakaian di sumber air. Muyasaroh berharap rumah di Kelurahan Mekarsari disambungkan dengan pipa air.
Selain jalan ke sumber air, warga bisa pilih membeli air seharga Rp 1.500 per jeriken isi 20 liter. Air itu untuk minum dan memasak.
Kepala Seksi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Cilegon Afuh Mafruh menyatakan, belum menerima laporan kekeringan di Kelurahan Mekarsari. Aparat kelurahan bisa meminta BPBD Kota Cilegon untuk mengirimkan truk tangki berisi air.
Sementara itu, kekeringan yang menyebabkan keterbatasan akses air bersih di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, perlahan teratasi dengan pemanfaatan kredit air.
Menurut pengurus Badan Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BP SPAMS) Kartika Tirta, Sumarsidik, di Desa Kartikajaya, Kecamatan Patebon, Kendal, Senin, dengan kredit air, kini seluruh warga desa bisa mengakses air bersih 24 jam. Kredit digunakan warga untuk mendapatkan jaringan pipa yang mengalirkan air dari BP SPAMS Kartika Tirta ke rumah mereka.
(ETA/ACI/TAM/BAY/DIT)