TEMANGGUNG, KOMPAS — Pemerintah diharapkan segera turun tangan untuk mengatasi tingginya harga ayam di pasaran. Namun, pemerintah diminta tidak menyelesaikan persoalan dengan kebijakan impor.
”Kami berharap pemerintah tidak mengandalkan solusi impor untuk mengatasi banyak persoalan, seperti harga ayam. Impor hanya akan merugikan banyak orang dan menguntungkan pihak tertentu saja,” ujar Ketua Paguyuban Antiprei (PAP) Panut Sudarno, saat ditemui di sela-sela demo yang dilakukan ratusan pedagang ayam dari Kabupaten Temanggung, Magelang, Kendal, dan Wonosobo, Jawa Tengah, di kantor DPRD Kabupaten Temanggung, Selasa (24/7/2018).
Adapun, PAI adalah paguyuban yang beranggotakan 250 pedagang ayam hidup dan pedagang eceran daging ayam di wilayah Kabupaten Magelang dan Temanggung.
Berdasarkan keterangan dari peternakan serta perusahaan yang menjalin kemitraan dengan peternak, Panut mengatakan, harga ayam saat ini sulit ditekan karena pemerintah mengeluarkan kebijakan membatasi kuota produksi bibit ayam, dan melarang penggunaan imbuhan pakan, dengan memakai antibiotic growth promoters (AGP) karena berisiko memicu kanker. Produksi bibit yang terbatas membuat harga bibit melejit. Adapun, larangan pemakaian AGP akhirnya memicu tingginya tingkat kematian ayam di kandang.
Dalam hal imbuhan pakan, misalnya, Panut mengatakan, solusi lain yang diharapkan datang dari pemerintah adalah adanya obat atau antibiotik lain yang lebih sehat dan tidak berbahaya untuk tubuh.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung Slamet Saryono mengatakan, salah satu penyebab tingginya harga ayam adalah karena tingginya harga bibit ayam. Hal itu terkait dengan kebijakan pembatasan bibit ayam yang ditetapkan pemerintah. Karena itu, agar biaya produksi tidak melonjak, peternak diharapkan menyikapinya dengan melakukan efisiensi atau penghematan dalam berbagai hal lainnya.
”Beberapa upaya penghematan yang bisa ditempuh, misalnya adalah dengan mengurangi upah karyawan peternakan atau mengoptimalkan upaya pencegahan penyakit sehingga dapat menekan biaya kesehatan untuk ternak,” ujarnya.
Saat ini, populasi ternak ayam potong di Kabupaten Temanggung mencapai 6 juta ekor ayam, dengan berat per ekor mencapai 2,5 kilogram (kg). Adapun, angka konsumsi ayam potong masyarakat Kabupaten Temanggung mencapai 3,209 ton per tahun.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Temanggung Rony Nurhastuti mengatakan, pihaknya belum bisa menawarkan solusi apa-apa bagi para pedagang daging ayam.
”Kami masih akan membicarakan kondisi ini kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Namun, untuk sementara ini, kami belum mendapatkan arahan atau merumuskan kebijakan apa-apa,” ujarnya.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.