MARTAPURA, KOMPAS - Kematian massal pada ikan budidaya keramba jaring apung kembali terjadi di Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Berkurangnya debit air Sungai Riam Kanan diduga menjadi pemicu. Para pembudidaya ikan rugi hingga puluhan juta rupiah.
Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan ”Melati” Desa Sungai Alang, Karang Intan, Muhammad Refki menuturkan, kematian massal ikan budidaya terjadi di Desa Awang Bangkal Barat dan Awang Bangkal Timur, Selasa (24/7/2018). Waktu kematian ikan yang dibudidayakan di keramba jaring apung (KJA) antara pagi dan siang hari.
Seperti kejadian sebelumnya, kematian massal ikan nila dipicu berkurangnya debit air Sungai Riam Kanan di bagian hilir bendungan PLTA Ir Pangeran Muhammad Noor. ”Saat debit air kurang, oksigen juga kurang. Kematian massal dipastikan akibat ikan kekurangan oksigen,” ujar Refki, Rabu (25/7).
Menurut Refki, sejumlah pembudidaya ikan nila rugi hingga Rp 40 juta. Satu pembudidaya bisa kehilangan 1-1,5 ton ikan nila yang hampir siap panen. ”Kalau masuk musim kemarau, sering kali begini,” katanya.
Para pembudidaya ikan sebenarnya sudah tahu ada potensi kematian massal saat kemarau. Sebab, pihak PLTA memberlakukan sistem buka-tutup pintu air bendungan sehingga debit air sungai di bagian hilir berkurang.
”Sebulan sebelum kejadian, pihak PLTA sudah memberitahu bahwa akan memberlakukan sistem buka-tutup. Kegiatan budidaya ikan diminta disesuaikan dengan kondisi air. Namun, sebagian pembudidaya kurang mengantisipasi,” kata Refki.
Pada musim kemarau, panen ikan harus dipercepat dan jumlah benih ikan yang ditebar dikurangi. Kalau biasa menebar benih 12.000-15.000 ekor per KJA, harus dikurangi jadi 8.000-10.000 ekor benih untuk mengurangi potensi kematian massal.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Perikanan Kabupaten Banjar Robby Azwar mengatakan, budidaya ikan KJA di sepanjang aliran Sungai Riam Kanan sangat bergantung pada pasokan air dari Waduk Riam Kanan. ”Kami sudah minta para pembudidaya berkoordinasi dengan pihak PLTA tentang kondisi air di waduk,” katanya.
Pertengahan Juni lalu, pihak PLTA juga sudah menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada sejumlah pihak tentang penurunan duga muka air Waduk Riam Kanan. ”Pemberitahuan dari pihak PLTA sudah kami teruskan kepada para pembudidaya dan disiarkan melalui radio,” ujar Robby.
Untuk mencegah kematian massal terulang, kata Robby, pihaknya minta pembudidaya mengurangi kepadatan ikan selama kemarau. Mereka harus segera memanen atau memindahkan ikan jika KJA sudah menyentuh dasar sungai. (JUM)