Warna-warni Jaminan Keabadian Negeri
Ragam warna dalam ajang lomba gambar Toyota Dream Car Art Contest Indonesia 2018 begitu menyejukkan. Dibuat anak-anak dari beragam daerah, agama, dan suku bangsa, Indonesia dilihat dari beragam sisi. Karya mereka sederhana, tapi penuh inspirasi.
Xylone Margareth Andariska (8) sempat gemas saat adiknya, Sky Dwight Everest (4), sulit diajak membaca. Di usia seperti ini, Sky lebih suka bermain ketimbang belajar. Namun, Xylone tak kehabisan akal. Hobi menggambar jadi jembatannya.
Ide gadis cilik asal Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur, ini, lantas ditumpahkan lewat cat air, pensil, spidol, dan krayon. Xylone mengambil tema ekosistem kota lengkap dengan mobil dan bangunan berbentuk beraneka ragam. Gambar yang dikerjakan selama tiga bulan di tahun lalu itu berjudul ”Alpabeth Car”.
”Semuanya murni ide Xylone. Kami terbiasa membebaskan ide dalam pikirannya untuk dituangkan dalam gambar,” kata Aries Nico (39), ayah Xylone, saat mendampingi anaknya di Bandung, Jumat (13/7/2018).
Karya Xylone menarik perhatian Sky. Sembari melihat kakaknya menggambar, Sky jadi lebih banyak bertanya beragam huruf dalam gambar sekaligus cara membacanya dalam rangkaian kalimat.
Tidak hanya Sky yang terinspirasi. Para juri di ajang Lomba Gambar Toyota Dream Car Art Contest (TDCAC) 2018 punkesengsem. ”Alpabeth Car” mengantar Xylone jadi juara pertama kategori di bawah 8 tahun. TDCAC ini terbagi menjadi tiga kategori usia. Selain di bawah 8 tahun, ada juga usia 8-11 tahun dan 12-15 tahun. Acara ini digelar menyambut Hari Anak Nasional pada 23 Juli.
Darmawan Widjaja, Direktur Toyota-Astra Motor, mengatakan, TDCAC adalah bentuk program pertanggungjawaban sosial bagi masyarakat yang setia menjadi ruang pendorong kreativitas anak dan kebahagiaan keluarga. Lebih dari sekadar ajang menggambar, TDCAC ingin mengajak semua pihak mendorong kesadaran anak Indonesia peduli pada pelestarian lingkungan dan kondisi sosial dunia lebih baik sejak dini.
”Harapannya, mereka nanti bisa menjadi generasi harapan yang penuh inspirasi untuk semua orang di dunia,” katanya.
Keinginan itu tidak berlebihan apabila melihat kualitas karya yang lolos ke babak final. Belasan karya dari 10.805 total kiriman gambar, yang dipamerkan di Taman Lalu Lintas Bandung hingga 14 Juli itu, adalah wajah Indonesia dan dunia.
Tidak hanya goresan krayon, spidol, dan cat air, beragam keprihatinan pada lingkungan, kebudayaan, teknologi, dan hubungan sosial antarmanusia disajikan segar, jujur, dan penuh warna. Jauh dari kesan menggurui, tapi bisa jadi pilihan orang dewasa menyikapi keadaan di sekitarnya.
Gambar berjudul ”Orangutan Rescue Car” buatan Rajata Albee Prasetya (8) asal Banyumanik, Semarang, mendapat penghargaan Indonesia Theme. Isu yang dipilih Rajata melampaui harapan banyak anak seusianya. Bukan lagi gambar dua gunung dengan matahari di tengahnya dan rumah di samping jalan raya, ia mengangkat isu besar kelangsungan hidup orangutan, satwa endemis Indonesia yang nyaris punah. ”Idenya lihat berita di televisi tentang kebakaran hutan,” kata Rajata.
Didampingi orangtuanya menerjemahkan ide jadi konsep gambar, Rajat memilih gambar kendaraan multifungsi menjadi penyelamat orangutan dan tempatnya hidup. Mobil itu piawai memadamkan api, merawat orangutan terluka, hingga merekolasinya ke daerah lebih aman. ”Kasihan hutan dan orangutan kalau dibiarkan terbakar,” ujar Rajata.
Masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari juga banyak dipilih peserta. Ada tema pemberantasan teroris, kesejahteraan petani, mengatasi kemiskinan hingga solusi kesehatan, dan indahnya perbedaan.
Gambar berjudul ”Toyota Peace & Utility Car” milik Sherine Kiatandi (15) asal Karawaci, Tangerang, Banten, misalnya. Dia mendapat juara pertama kategori umur 12-15 tahun. Dia juga menyabet Inspiration Award untuk gambar yang sama.
Modelnya terinspirasi dari burung garuda, lambang negara ini. Dipenuhi beragam motif batik dari sejumlah daerah di Indonesia, sayapnya membawa mobil berisi orang dari berbagai suku bangsa, agama, dan ras di Indonesia menyebar perdamaian ke seluruh dunia.
”Konsepnya lahir dari keprihatinan keadaan di sekitar saya. Ada beberapa teman yang tak lagi akrab karena beda keyakinan. Padahal, seharusnya perbedaan itu menyatukan, bukan saling benci. Kita, kan, sama-sama orang Indonesia,” katanya. Di tengah ujian merawat beragam perbedaan di Indonesia, gambarnya jelas menyejukkan.
Inspirasi
Anto Motulz, pakar menggambar dan media sosial, yang juga salah seorang juri TDAC 2018, mengatakan, inti dari ajang ini tidak sekadar mencari prototipe kendaraan masa depan. Justru pesan dalam gambar peserta itulah yang utama. Lewat kreativitas dalam gambar, peserta diajak berlatih peka dan peduli. Dia yakin semua bakal menjadi modal baik untuk membangun kehidupan ideal. ”Gambar itu adalah harapan. Negeri ini punya generasi mengagumkan,” katanya.
Xylone akhirnya dinobatkan sebagai Finalist Global Award TDCAC di Jepang, Agustus 2018. Kali ini, pesaingnya
adalah anak-anak juara nasional dari sejumlah negara. Namun, peluang Xylone terbuka lebar. Wakil Indonesia pernah mendapat Gold Medal Award di ajang tingkat internasional itu.
Bukan itu saja yang membuat Xylone semringah. Dia justru lebih bahagia karena gambar yang dibuatnya berhasil meningkatkan minat baca adiknya.
”Sekarang Sky sudah bisa baca banyak huruf. Nanti, saya juga ingin membantu anak lain yang belum bisa membaca lewat gambar yang saya buat,” kata gadis cilik ini polos.
Harapan Xylone tak berlebihan. Tingkat literasi di Indonesia masih rendah. Data Programme for International Student Assessment 2015 yang diumumkan tahun 2016, Indonesia menempati urutan ke-64 dari 72 negara.