SURABAYA, KOMPAS Harga telur ayam di tingkat peternak mulai menurun, tetapi harga ayam masih tetap tinggi. Hal itu diduga karena terbatasnya indukan ayam untuk memproduksi anak ayam umur sehari sesuai kebutuhan. Selain itu, harga pakan yang tinggi dan antibiotik untuk membuat ayam tak rentan mati juga dilarang.
Persoalan ini dikatakan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Peternakan Anton J Supit yang dihubungi pada Minggu (29/7/23018) dari Surabaya, Jawa Timur. Menurut Anton, persoalan dari hulu-hilir kian serius saat ini karena harga bahan baku pakan sangat fluktuatif terhadap mata uang dollar AS. Selain itu, terjadi kekeringan ekstrem di sejumlah negara pemasok pakan. Dengan begitu, negara produsen juga mulai membatasi demi cadangan dan kebutuhan air tanaman pangan juga dibatasi.
Persoalan lainnya, grand parent (GP) stok juga dibatasi sehingga ujungnya mengurangi produksi anak ayam umur sehari (DOC). Hal ini membuat pasokan ayam hidup untuk produksi rumah potong ayam (RPA) sangat tidak normal. Padahal selama ini tidak ada pembatasan GP, yang diatur adalah produksi DOC untuk stabilitas sehingga menguntungkan semua pihak. Namun karena DOC kurang akibat pembatasan GP, membuat bahan baku produksi ayam berkurang sehingga produksi ayam tidak normal dan mendongkrak harga jual.
Untuk itu, Pemerintah Kota Surabaya, kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widayati, melakukan operasi pasar ayam pedaging yang harganya sudah mencapai Rp 40.000 per kilogram. OP mandiri dilakukan dengan lokasi berpindah-pindah untuk menekan harga di tingkat konsumen. Harga dari OP dilepas Rp 30.000 per kg.
Namun upaya itu, menurut pedagang ayam di Gunung Anyar Surabaya, Asmuni (45), belum turun karena permintaan masih tinggi yang mencapai tiga kali lipat dari kondisi normal. Sudah hampir dua pekan terakhir permintaan daging ayam meningkat karena banyak pesta pernikahan, berangkat haji, dan acara lain di masyarakat.
Sejak dua pekan lalu, harga ayam hidup dalam kondisi normal paling mahal Rp 18.000 per kg, sepekan terakhir Rp 25.000 per kg. Kenaikan harga ayam hidup memicu kenaikan harga daging ayam hingga Rp 40.000 per kg sampai hari ini.
Di Blitar dilaporkan, harga telur di tingkat peternak mulai normal. Saat ini harga di bawah Rp 18.500-Rp 19.000 per kg. Namun, penurunan harga telur ini berbanding terbalik dengan harga pakan yang justru melambung.
Beberapa peternak di Kabupaten Blitar, Minggu, membenarkan bahwa harga pakan, yakni jagung dan konsentrat, naik. Peternak mengaku tidak tahu persis penyebab kenaikan harga ini. Namun, ada juga peternak yang menduga bahwa pelemahan nilai mata uang rupiah jadi penyebab.
Widodo Setyohadi (60) dan Febrianto (35), keduanya peternak ayam petelur di Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo, mengatakan, harga jagung sebelumnya Rp 4.100 per kg kini Rp 4.350 per kg dan konsentrat semula Rp 342.000 per zak (50 kg) saat ini menjadi 357.000 per zak.