SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya terus berusaha meningkatkan perhatian terutama pada anak. Tidak hanya melengkapi sarana dan prasarana untuk tumbuh kembang anak, tetapi juga menyangkut kesehatan termasuk rutin memberikan vitamin kepada anak melalui kegiatan posyandu.
Pemkot Surabaya pun rutin memberikan asupan gizi kepada anak melalui kegiatan posyandu PKK rukun tetangga (RT). Salah satunya, upaya pemkot menyelamatkan Adi Slamet Nugroho (10) yang diduga mengalami gizi buruk akibat menderita penyakit.
Berbagai program dilakukan Pemkot Surabaya agar bisa menyandang kota layak anak. Segala upaya pemkot bahkan diapresiasi dengan pemberian penghargaan Kota Layak Anak 2018 dengan kategori utama dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada 23 Juli 2018 di Surabaya.
Penghargaan diberikan kepada kabupaten dan kota yang sudah memiliki sistem pembangunan daerah berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Sistem ini disertai perencanaan secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program, dan kegiatan untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan anak di daerah itu.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus mengupayakan menjadikan Surabaya dengan penduduk 3 juta jiwa sebagai kota layak anak.
Adi yang kini berberat badan 17 kilogram, kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, di Surabaya, Kamis (2/8/2018), sedang dalam penanganan serius oleh para dokter spesialis di RSUD dr M Soewandhie. Adi ditangani secara intens dan terus diobservasi.
Beberapa dokter spesialis yang menangani Adi, lanjut Febria, antara lain dokter spesialis anak, spesialis rehab medik, spesialis kulit, spesialis patologi anatomi, spesialis radiologi, dan spesialis ortopedi anak.
Di rumah sakit milik Pemkot Surabaya tersebut, Adi juga mendapat pengecekan laboratorium lengkap dan pemeriksaan metabolisme nutrisi. Kondisi anak yang selama ini dibawa oleh orangtuanya berobat ke kota lain itu akan dipantau secara intensif oleh tim dokter selama seminggu ke depan.
Hasil pemeriksaan laboratoriumnya sebenarnya normal. Nafsu makan Adi juga tidak ada yang aneh. Setiap kali diberi makanan, selalu habis disantap. ”Kemungkinan ada faktor penyakit lain yang menyebabkan berat badan Adi menurun drastis,” ujarnya.
Pemkot Surabaya sangat perhatian terhadap tumbuh kembang anak.
Kepala Bagian Humas Kota Surabaya Fikser mengatakan, Pemkot Surabaya sangat perhatian terhadap tumbuh kembang anak. Terkait kasus Adi, penurunan berat badannya secara drastis terjadi sekitar dua tahun lalu. Saat itu, sebenarnya ia sudah mendapat penanganan dari puskesmas setempat dan dirujuk ke rumah sakit.
Hanya saja, keluarga memilih untuk membawa Adi selama dua tahun terakhir ke Bangil, Pasuruan, Blitar, dan Nganjuk untuk diobati secara alternatif. Kondisi Adi semakin hari kian memburuk, lantas ia dibawa kembali ke Surabaya dan dirawat oleh keluarganya di Kedung Baruk No 67 Surabaya.
Melihat kondisi Adi, pihak kelurahan berinisiatif membujuk keluarganya agar Adi bersedia dirawat di rumah sakit. Tidak hanya itu, kakek dan nenek Adi didaftarkan sebagai penerima bantuan iuran BPJS yang didanai APBD Kota Surabaya. Keluarga Adi pun ditawarkan untuk tinggal di rumah susun.
Untuk merangsang perkembangan otaknya, lanjut Fikser, di rumah sakit Adi diberikan mainan edukatif. Selain itu, Pemkot Surabaya juga menyiapkan guru khusus dari sekolah untuk memotivasi agar Adi mau bersekolah lagi.