Peserta Wonderful Sail Indonesia 2018 Masuk Kupang
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sebanyak 70 wisatawan dari 19 negara dengan kapal pesiar atau yacht tiba di Kupang, Nusa Tenggara Timur, sebagai pintu gerbang masuk Indonesia. Hanya empat kabupaten/kota di NTT yang mereka singgahi. Mereka adalah peserta Wonderful Sail Indonesia 2018 yang akan mengelilingi Indonesia selama hampir empat bulan sebelum kembali ke negara asal masing-masing.
Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT Benediktus Wahon di Kupang, Jumat (3/8/2018), mengatakan, peserta Wonderful Sail Indonesia (WSI) 2018 tiba di Kupang bervariasi. Mereka datang secara berurutan sejak Selasa (31/7/2018) sampai dengan Jumat (3/8/2018).
Para peserta ini dikoordinasi oleh Tuan David dari Darwin, Australia. Rangkaian kegiatan selama di NTT berlangsung sejak 1 Agustus 2018 hingga Jumat (3/8/2018). Selanjutnya pada Sabtu (4/8/2018) mereka bertolak dari Kupang menuju Wini perbatasan Indonesia-Timor Leste menggunakan kapal pesiar.
Jumlah 70 wisatawan mancanegara ini terdiri dari 31 perempuan dan 39 laki-laki. Lima di antaranya anak-anak berusia 2-5 tahun.
Setelah satu hari di Wini, peserta melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Alor kemudian menuju Ende, Labuan Bajo, dan Benoa, Bali. Setiap tempat yang dikunjungi akan disambut dan dijamu oleh pemerintah daerah setempat. Selain itu, peserta WSI pun disuguhi budaya lokal dalam bentuk tarian, lagu-lagu, dan sejumlah atraksi budaya lain, yang dinilai unik dan memesona.
Disinggahi
Kabupaten yang mereka singgahi adalah kabupaten yang masuk anggota Aswindo, yakni Kota Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Ende, dan Kabupaten Manggarai Barat. Kabupaten yang tidak masuk anggota Aswindo yakni Flores Timur, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Malaka, Belu, Sikka, Nagekeo, Ngada, Manggarai, Manggarai Timur, Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, Rote Ndao, dan Sabu Raijua.
Aswindo ini sebagai salah satu perusahaan yang terdiri dari asosiasi agen tour and travel Indonesia. Aswindo menjadi panitia nasional WSI 2018, sebelumnya panitia WSI dipimpin PT Sail Indonesia.
Tiba di Alor, peserta melanjutkan perjalanan menuju Ende, Labuan Bajo, dan Benoa. Selanjutnya, peserta WSI melanjutkan perjalanan ke sejumlah provinsi dan kabupaten pesisir di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan berhenti di Bangka Belitung. Di situ, mereka mengikuti Wonderful Sail Bangka Belitung, awal Desember 2018, kemudian melanjutkan perjalanan ke Malaysia dan seterusnya.
Para turis ini sebagian kecil sudah beberapa kali mengikuti Sail Indonesia, tetapi sebagian besar baru pertama mengikuti. Mereka datang pertama ke Indonesia atas informasi dari peserta WSI sebelumnya. Indonesia kaya akan budaya, keindahan alam bervariasi, dan manusianya ramah dan sopan.
Bagi kabupaten/kota yang memiliki pelabuhan Marina, mereka bisa mendapatkan keuntungan dari kunjungan ini. Setiap perahu yang tertambat di pelabuhan Marina akan dikenai tarif 25-50 dollar AS per malam. Khusus di Australia, peserta WSI ini dikenai tarif 25 dollar AS per malam selama mereka berlabuh di pelabuhan Marina.
Selama empat malam, kapal pesiar berjumlah 19 unit dengan membawa 70 turis asing dari 19 negara itu berlabuh di Pantai Koepan. Kapal-kapal itu tidak dikenai biaya labuh. Jika pelabuhan Marina dibangun, satu kapal bisa dikenai biaya 50 dollar AS per malam. Jika 19 kapal, satu malam retribusi masuk di pelabuhan itu senilai 950 dollar AS.
Tinggal di kapal
Para turis ini menetap di dalam kapal pesiar. Mereka ke daratan untuk berbelanja dan mengikuti sejumlah acara di Pantai Koepan, atau sering disebut Pantai Tedys, tempat kapal-kapal berlabuh. Mereka tidak menetap di hotel-hotel milik pengusaha setempat.
Hampir semua kabupaten/kota di NTT belum memiliki pelabuhan Marina. Pembangunan Marina di Labuan Bajo, Manggarai Barat, sedang dalam proses. Fasilitas labuh yacht belum ada sehingga peserta WSI 2018 belum dikenai retribusi.
Pemerintah Provinsi NTT mendesak Pemerintah Kota Kupang segera menyelesaikan proses pembebasan lahan, yang saat ini dikuasai Tedy Tanone. Selama ini Tedy Tanone tidak menginginkan Pantai Koepan diambil alih pemkot. Ia malah meminta pemerintah bangun pelabuhan Marina di Tanone yang sudah dikelola.
Peserta WSI 2018 melabuhkan kapal pesiar 100-200 meter dari garis Pantai Koepan. Jika ingin ke daratan, mereka menggunakan perahu karet, pendamping yacht selama perjalanan. Satu unit yacht memiliki satu perahu karet.
Selama empat malam di Pantai Koepan, para turis ini hanya belanja jenis minuman beralkohol, minuman ringan, dan makanan lain di toko-toko milik pengusaha di Pantai Koepan. Beberapa di antara mereka berjalan ke pasar tradisional, pusat suvenir, dan memotret nelayan lokal menjemur ikan di pantai. Sebagian turis duduk santai di restoran di Pantai Tedys, minum sambil ngobrol bersama rekan-rekan.
”City tour tidak diatur khusus panitia Sail Indonesia Kupang. Turis-turis diberi kebebasan berjalan sendiri. Panitia tetap menyediakan belasan tenaga pemandu wisata di pantai itu selama mereka berada di Kupang,” kata Wahon.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Kupang sekaligus Ketua Panitia Sail Indonesia Kota Kupang 2018, Esther Muhu, mengatakan, kegiatan Well Come Seremony yang digelar dua malam berturut-turut untuk mempromosikan Kota Kupang ke mancanegara. ”Kesan pertama yang indah dan menarik saat peserta WSI 2018 di Indonesia harus dibangun di dalam hati, pikiran, dan ingatan para peserta,” ujarnya.
Kesan pertama yang indah dan menarik saat peserta WSI 2018 di Indonesia harus dibangun di dalam hati, pikiran, dan ingatan para peserta.
Ia mengatakan, Pemkot Kupang berharap, Kota Kupang sebagai ibu kota provinsi NTT, juga menjadi salah satu destinasi unggulan di NTT, selain Flores dan Sumba. Jika Kupang memiliki daya tarik khusus, pengunjung akan menyebar ke daratan Timor lain, seperti Soe, Kefamenanu, Atambua, dan Malaka.
”Kalau ada pelabuhan Marina di Kota Kupang, itu lebih baik. Namun, soal pembebasan lahan, kami butuh partisipasi pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Pemkot sendiri sulit melakukan itu,” kata Muhu.