Tidak Ada Laporan Korban dan Kerusakan akibat Gempa Mentawai
Oleh
Ismail Zakaria
·2 menit baca
KEPULAUAN MENTAWAI, KOMPAS — Gempa bumi tektonik dengan kekuatan magnitudo 5,2 mengguncang Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Minggu (5/8/2018) pukul 15.56. Hingga Senin (6/8/2018) belum ada laporan kerusakan atau korban akibat peristiwa tersebut.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Mentawai Nurdin, sejak gempa pertama pada pukul 15.56 tercatat ada lima kali gempa susulan. ”Guncangan cukup terasa di Tua Pejat, Sipora Utara, atau ibu kota Kabupaten Kepulauan Mentawai. Meski demikian, tidak sampai ada kepanikan warga,” kata Nurdin.
Nurdin menambahkan, hingga Senin siang pihaknya belum menerima laporan kerusakan bangunan dari seluruh wilayah di Mentawai. Begitu juga dengan korban luka atau korban jiwa. ”Mentawai tetap kondusif. Warga hari ini juga tetap beraktivitas seperti biasa,” kata Nurdin.
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono melalui siaran resminya, selain di Mentawai, guncangan gempa juga terasa di Kota Padang dan Kota Pariaman.
Rahmat menambahkan, informasi awal gempa bumi itu berkekuatan magnitudo 5,6 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi magnitudo 5,2. Pusat gempa berada di koordinat 2,39 Lintang Selatan dan 99,4 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 41 kilometer (km) arah barat daya Kota Tua Pejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, di kedalaman 31 km.
Menurut Rahmat, melihat episentrum (titik di permukaan bumi di atas lokasi gempa) dan hiposentrum (pusat gempa), tampak bahwa gempa bumi ini termasuk dalam klasifikasi gempa bumi dangkal. Itu terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia, tepatnya di zona Megathrust yang merupakan zona subduksi lempeng yang landai dan dangkal di Samudra Hindia sebelah barat Sumatra.
”Konvergensi kedua lempeng tersebut membentuk zona subduksi yang menjadi salah satu kawasan sumber gempa bumi yang sangat aktif di wilayah Sumatera. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu oleh penyesaran naik (thrust fault),” kata Rahmat.