”Dhahar Kembul Tumpengan Pancasila” mengajak siapa saja kembali pada semangat kebersamaan di dalam Pancasila, yakni gotong royong.
YOGYAKARTA, KOMPAS - Warga bangsa, khususnya masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, diharapkan benar-benar memahami Pancasila sebagai ideologi bangsa. Dengan begitu, Pancasila tidak akan dikhianati dan masyarakat tetap memiliki rasa kebangsaan sebagai bangsa Indonesia.
”Saya punya harapan pada semua kawula Ngayogyakarta, jangan mengkhianati ideologi dan rasa kebangsaan kita,” kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono (HB) X saat berpidato dalam acara Dhahar Kembul Tumpengan Pancasila, Selasa (7/8/2018) malam, di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta.
Kegiatan itu bagian tajuk Bulan Pancasila yang berlangsung 1 Juni-25 Agustus 2018 di Yogyakarta dan diinisiasi sejumlah institusi, seperti Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), Ikatan Alumni UII, Kwartir Daerah Pramuka DIY, Karang Taruna DIY, Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta DIY, Sekretariat Bersama (Sekber) Keistimewaan DIY, dan didukung PT Astra International Tbk.
Dalam acara itu, Sultan HB X beserta istri, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas; Wakil Gubernur DIY Paku Alam X; Ketua Umum Kagama yang juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo; anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Mahfud MD, serta berbagai tokoh lain duduk lesehan di kawasan Malioboro untuk dhahar kembul (makan bersama) nasi tumpeng dengan berbagai unsur masyarakat.
Malam itu disediakan 357 tumpeng yang dihidangkan di 17 titik di sepanjang kawasan Malioboro untuk dinikmati masyarakat. Tumpeng-tumpeng itu tidak disediakan panitia, melainkan sumbangan dari berbagai pihak, misalnya institusi pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, dan organisasi kemasyarakatan. Sejumlah komunitas, seperti paguyuban pedagang kaki lima, juru parkir, dan kusir andong, turut menyumbang tumpeng.
Tunduk dan patuh
Sultan menyatakan, Yogyakarta bagian dari Indonesia dan masyarakat Yogyakarta pun turut berkontribusi membangun Indonesia. Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat Yogyakarta harus tunduk dan patuh pada ideologi dan semua aturan yang berlaku di Indonesia.
”Yogyakarta sudah final menjadi bagian dari Republik Indonesia. Tunduk pada ideologi dan semua undang-undang yang berlaku di negara Republik Indonesia sehingga saudara-saudara harus paham ideologi bangsa Pancasila dan rasa kebangsaan sebagai bangsa Indonesia,” ujar Sultan.
Sultan juga mengingatkan masyarakat Yogyakarta untuk selalu menjaga kebersamaan. Kebersamaan adalah kekuatan utama masyarakat Yogyakarta menghadapi berbagai tantangan.
Koordinator Dhahar Kembul Tumpengan Pancasila Widihasto Wasana Putra mengatakan, acara itu penerapan semangat gotong royong yang jadi esensi Pancasila. Acara kemarin hasil gotong royong berbagai elemen, baik penyediaan tumpeng maupun penyelenggaraan acara yang melibatkan relawan dari sekitar 30 kelompok masyarakat.
”Praktik berpancasila itu, kan, bisa dilakukan melalui hal-hal yang sifatnya sederhana dan implementatif. Acara Tumpengan Pancasila ini adalah perhelatan gotong royong karena semuanya di-sengkuyung (dikerjakan bersama) masyarakat. Tumpeng dari masyarakat, pengisi acara juga dari kelompok masyarakat,” kata Widihasto. (HRS)