TEMANGGUNG, KOMPAS - Tidak hanya berdampak pada tanaman pangan seperti padi dan palawija, keringnya cuaca di musim kemarau tahun ini, juga membuat sebagian tanaman tembakau di Kabupaten Temanggung kekurangan air. Kondisi ini akhirnya mengganggu pertumbuhan tanaman dan memicu terjadinya penurunan produktivitas tembakau.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung, Untung Prabowo, mengatakan, kondisi kekurangan air terutama terjadi pada daerah-daerah yang baru memulai menanam tembakau pada Mei atau Juni, seperti, antara lain Kecamatan Tembarak, Selopampang dan Tlogomulyo.
“Di daerah-daerah yang terlambat menanam ini, penurunan produktivitas berkisar 25-30 persen,” ujarnya, Rabu (8/8/2018).
Rata-rata produktivitas tanaman tembakau di Kabupaten Temanggung, mencapai 7 kuintal tembakau kering per hektar. Namun, dengan kekurangan air yang terjadi pada sebagian tanaman tembakau, rata-rata produktivitas tembakau diperkirakan hanya akan berkisar 6-6,25 kuintal tembakau kering per hektar.
Saat ini, realisasi luas tanam tembakau di Kabupaten Temanggung, mencapai 17.780,35 hektar, bertambah dibandingkan luasan di tahun 2016, yang mencapai 16.058,8 hektar. Khusus untuk daerah-daerah yang terlambat tanam seperti Kecamatan Tembarak, Selopampang dan Tlogomulyo, luas tanaman tembakau mencapai lebih dari 3.000 hektar.
Sulastri, ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Desa Pandemulyo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, mengatakan, saat ini luas tanaman tembakau di Desa Pandemulyo mencapai sekitar 300 hektar. Namun, 70 persen dari tanaman di areal tersebut, kini pertumbuhannya kurang optimal karena kekurangan air.
Tanaman yang kekurangan air tersebut adalah tanaman yang ditanam Mei lalu. Pada usia tiga bulan, tembakau seharusnya sudah tumbuh setinggi 1,5 meter. Namun, kekurangan air akhirnya memicu rata-rata tinggi tanaman hanya berkisar 50-70 sentimeter. Tidak hanya itu, daun tembakau yang seharusnya sudah mencapai ukuran Panjang 40 sentimeter dan lebar 25 sentimeter, saat ini hanya mencapai ukuran Panjang 10 sentimeter dan lebar tujuh sentimeter.
Kondisi ini, menurut dia, secara otomatis memburat produktivitas tanaman berkurang drastic.
“Jika biasanya satu batang tembakau bisa menghasilkan hingga 1 kilogram daun basah, maka sekarang ini, satu batang mungkin hanya akan menghasilkan dua hingga tiga ons saja,” ujarnya.
Kristiono, salah seorang perangkat Desa Candimulyo, mengatakan, masing-masing petani memang memiliki jadwal dan pola tanamnya sendiri. Namun, mereka yang menanam terlambat ini, semula hanya berpikiran pada bulan Mei adalah saat yang tepat karena biasanya di bulan itu tinggal tersisa sedikit hujan yang dapat mencukupi kebutuhan di awal tanam tembakau.