Demi Swasembada, Areal Tebu Kerja Sama Perhutani dan Pabrik Gula Diperluas
GRESIK, KOMPAS — Produksi dari agroforestri tebu di areal lahan Perhutani hasil kerja sama Perum Perhutani dan PT Kebun Tebu Mas di Surowiti, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, mencapai 70-80 ton per hektar atau setara dengan 4,9 ton gula per hektar. Saat ini ada 28,9 hektar tanaman siap panen dari 76,7 hektar yang direncanakan.
Keberhasilan tanam hingga panen perdana tebu dilaksanakan pada Kamis (9/8/2018) diharapkan bisa mendorong kerja sama dengan areal tanam yang lebih luas. Tujuannya, demi menopang upaya swasembada gula.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Gresik Agus Djoko Waluyo menyebutkan, Gresik diharapkan berkontribusi menyumbang areal tanam tebu seluas 1.099 hektar setahun ditambah 200 hektar. Program itu sulit terealisasi.
Namun, ternyata dalam program itu areal tanam petani hanya dapat 15 hektar, yakni bekerja sama dengan KTM dan 10 hektar yang bekerja sama dengan PG Gempolkerep. ”Kendalanya petani di daerah tidak punya lahan sendiri untuk perluasan tanam. Untuk sewa petani tak punya modal,” katanya.
Ia berharap PT KTM mengupayakan dan memfasilitasi pinjaman dengan bayar panen kepada petani. Pabrik gula juga diharapkan memberikan pembinaan dan pengawalan teknologi secara intensif kepada petani mitra.
”Saya senang, 15 hektar lahan petani mendapatkan bantuan bibit gratis. Kalau selama ini rendeman rata-rata 6,5 persen, tadi saya cek untuk sejumlah varietas di sini baik cening, BL, maupun PS 881 dan 864 pada kisaran 8-9 persen,” kata Agus.
Upaya pemanfaatan areal hutan juga menjadi solusi sulitnya petani mendapatkan lahan untuk perluasan tanam tebu. Hal itu juga bisa menyumbang ketahanan pangan khususnya di bidang pergulaan.
Kerja sama itu juga menyerap tenaga kerja.
Perwakilan Perhutani Divisi Regional Jatim, Komaruddin, menjelaskan, program agroforestri selaras dengan Nawacita yang dicanangkan presiden, terutama terkait kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan itu termasuk menjaga ketersediaan gula bagi warga masyarakat.
Hanya saja, memang saat ini rakyat sulit dan enggan tanam tebu, di sisi lain pemerintah harus menjamin ketersediaan gula. Perhutani pun mendukung upaya itu dengan kerjasama agroforestri tebu.
Komaruddin menyebutkan, dari areal hutan 2,4 juta hektar, hingga 2020 ada 11.197,6 hektar di Jatim yang dialokasikan untuk tebu. Khusus dari KPH Tuban ada 1.121,3 hektar areal yang disiapkan. ”Yang kerja sama dengan KTM ada 76,7 hektar, yakni 46,1 hektar pada 2018 dan pada 2018 seluas 30,6 hektar,” katanya.
Awalnya, Komaruddin tidak yakin, areal hutan bis ditanami tebu. Namun, setelah dicoba di KPH Tuban yang ada di Kecamatan Panceng (Desa Surowiti) dan Ujungpangkah (Desa Cangaan) membuktikan gula menjadi komoditas menjanjikan.
Saya senang, 15 hektar lahan petani mendapatkan bantuan bibit gratis.
Direktur Operasional PT KTM Stefianus Agus Susanto menyebutkan, kerja sama pabrik gula dengan Perhutani diharapkan bisa menekan impor gula yang mencapai 3,2 juta ton per tahun. Idealnya itu bisa dipenuhi dengan 10 pabrik baru atau setara dengan 500.000 hektar lahan tebu.
Menurut dia, kerja sama dengan Perhutani tetap dalam koridor mewujudkan ketahanan pangan khususnya bidang pergulaan. Pada 20 Oktober 2016, ada perjanjian kerja sama KTM dengan Perhutani secara nasional dengan memanfaatkan 5.000 hektar lahan.
Upaya itu ditindaklanjuti dengan kerja sama dengan KPH Tuban, KPH Jombang, KPH Bojonegoro, dan KPH Mojokerto dengan total areal seluas 1.099 hektar. Khusus di KPH Tuban ada 76,7 hektar yang disiapkan tetapi baru bisa ditanami 28,9 hektar. ”Kendalanya masih banyak tanaman Perhutani, menunggu rencana tebang,” kata Agus.
Menurut Agus, tebang tebu di Desa Cangaan, Kecamatan Ujungpangkah, yang masuk Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Kranji, KPH Tuban ditargetkan mencapapai 70 ton per hektar dengan rendeman 9 persen dan gula yang dihasilkan 4,9 ton per hektar.
”Kami berharap Perhutani bisa menyediakan lahan yang sudah siap ditanami sehingga tidak telat tanam tebu. Pengembangan lahan tebu melalui agroforestri bisa menambah ketersediaan gula dan mengurangi impor,” ujarnya.
Ia menyatakan, lahan Perhutani KPH Tuban nasibnya kini semanis tebu dan gula, semakin manis pula kerja sama dengan PT KTM untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Lahan tidur Perhutani kini menjadi hijau dengan hamparan tebu. Itu juga menumbuhkan harapan bagi petani karena selain bibit gratis, ke depan juga disediakan pupuk bekerja sama dengan pabrik pupuk.
Fungsi hutan pun tetap bisa dimanfaatkan dengan pola agroforestri. Tebu butuh cahaya matahari penuh, ditanam berkelompok, dan dikelola intensif. Saat tanam butuh sekitar 35 orang, sedangkan saat panen sedikitnya butuh 75 orang. ”Kerja sama itu juga menyerap tenaga kerja,” ujar Agus Susanto.
Ia menambahkan, panen perdana agroforestri tebu di Gresik menunjukkan hutan juga bisa ditanami tebu. Ada varietas Cening seluas 5 hektar, varietas PS881 (7 hektar), PS864 (5 hektar), dan BL (9 hektar). Tanaman itu terbagi dalam 13 petak dengan rendeman 8-9 persen. Hasilnya bisa langsung dikirim ke pabrik KTM di Ngimbang, Kabupaten Lamongan.
Agus Susanto menyebutkan, pabrik KTM sendiri dirintis 2011. Uji coba giling dilaksanakan selama tiga minggu pada 2015. ”Pada 2016 dilaksanakan giling komisioning. Kami memulai giling perdana tahun lalu dan 2018 ini memasuki giling kedua,” ujarnya.
Dari kapasitas pabrik sekitar 12.000 ton per hari (TCD), pada 2017 terealisasi 4.500 ton per hari. Tahun ini ditargetkan mencapai 6.000 TCD. Tebu yang masuk langsung diketahui berat dan rendemennya melalui clore sampling secara otomotis menggunakan komputer. ”Agar bisa lebih memberi daya dan lebih menyejahterakan keluarga petani. Kami beli putus, tiga hari bisa cair,” katanya.