BATU, KOMPAS-Pemerintah tengah mengambilalih pengelolaan sumur minyak dan gas yang sebelumnya dikuasai oleh perusahaan asing. Pengambilalihan dilakukan setelah masa kontrak perusahaan tersebut habis. Harapannya, ke depan perusahaan nasional yang mengambil alih, bisa berkompetisi di dunia internasional.
Kepala Departemen Humas Satuan Kerja Khusus (SKK) Minyak Bumi dan Gas (Migas) Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabanusa) Donny Ariyanto mengatakan ada beberapa sumur minyak yang pengelolaannya telah diambil alih dalam waktu satu tahun terakhir. Selain itu juga ada yang sedang dalam proses pengambilalihan.
Beberapa sumur tersebut, antara lain Blok Mahakam yang telah diambilalih dari Total E&P Indonesia ke PT Pertamina Hulu Mahakam, Join Operating Body (JOB) Pertamina Talisman-Blok Ogan Komering menjadi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Talisman, dan Blok Rokan yang diserahkan dari Cevron Pacific Indonesia ke Pertamina.
“Di Jabanusa sendiri juga ada yang diambilalih, yakni Blok Tuban dari JOB PPEJ (Pertamina PetroChina East Java) menjadi PHE Tuban 100 persen,” ujar Donny. Donny ditemui di sela-sela Lokakarya Media Periode II SKK Migas Perwakilan Jabanusa-KKKS Cluster Timur di Batu, Jawa Timur, Kamis (9/8/2018).
Acara yang diikuti oleh puluhan awak media dari berbagai platform di Jawa Timur ini mengetengahkan narasumber, antara lain Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama M Khalid Syeirazi, Wahyu Muryadi jurnalis dari Tempo, dan Bupati Trenggalek yang juga calon Wakil Gubernur Jawa Timur terpilih Emil Elestianto Dardak.
Menurut Donny pengambilalihan pengelolaan dilakukan bukan karena dasar volume minyak yang berhasil diproduksi melainkan karena kontrak perusahaan yang bersangkutan telah habis. “Kalau konrtak habis maka diserahkan ke Pertamina karena Pertamina merupakan badan usaha milik negara yang dari sisi hulu migas bisa mengelola semua kegiatan di hulu migas,” katanya.
Kondisi produksi dan konsumsi migas di Tanah Air saat ini masih timpang. Saat ini produksi migas baru mencapai 760.000 barel per hari atau di bawah target pemerintah yang sebanyak 800.000 barel. Angka ini masih di bawah kebutuhan yang mencapai 1,6 juta barel per hari.
Menurut Donny ada beberapa langkah untuk mengoptimalkan produksi, antara lain melalui eksplorasi dan pengoptimalam sumur–sumur tua. Sebanyak 95 persen sumur minyak di Indonesia merupakan sumur tua dan jika disedot sebagian besar isinya merupakan air.
Sementara itu Khalid Syeirazi mengingatkan semua pihak untuk waspada terhadap paham radikalisme yang memungkinkan masuk dan menguasai dunia perminyakan di Indonesia. Karena tidak mustahil ideologi yang telah memorakporandakan Timur Tengah, bisa terjadi di Indonesia. Mengingat jumlah simpatisan paham radikalime di Indonesia cukup banyak.
“Apakah radikalisme mengancam eksploitasi minyak kita sekarang? Sementara belum. Namun kita tidak boleh lengah. Berdasarkan riset ada 6 juta orang yang siap melakukan tindakan radikal. Kalau sudah 30 juta orang maka Indonesia bisa pecah,” ujarnya.