Perguruan Tinggi Diharapkan Meningkatkan Kemitraan dengan Industri
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Perguruan tinggi diharapkan meningkatkan kemitraan dengan industri. Kedekatan di antara kedua belah pihak itu mampu mendorong penyerapan tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi tersebut. Penyiapan generasi masa depan berkualitas juga dilakukan lewat pemberian beasiswa terhadap mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni Universitas Gadjah Mada Paripurna mengungkapkan, tantangan yang akan dihadapi pada masa mendatang adalah penyeimbangan antara teori dan praktik. Ia menilai, pendidikan tinggi dan industri masih memiliki jarak yang lebar.
”Tantangannya adalah menyiapkan mahasiswa agar memiliki keseimbangan antara teori dan praktiknya. Gap antara universitas dan industri masih lebar. Yang harus dilakukan adalah membangun teaching industry demi menyiapkan lulusan-lulusan yang siap kerja,” kata Paripurna dalam acara Gathering Mitra UGM di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Jumat (10/8/2018).
Paripurna menambahkan, kerja sama antara industri dan universitas sangat penting. Kolaborasi di antara kedua belah pihak diyakininya mampu mendorong kemajuan Indonesia. Hal itu disebabkan adanya kesesuaian antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri.
”Selain itu, penting pula agar kolaborasi turut dilakukan dengan pemerintah dan masyarakat. Tujuannya agar penelitian dan hasil produksi itu benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan memecahkan persoalan-persoalan yang mereka hadapi,” kata Paripurna.
Hal serupa dinyatakan oleh Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan UGM Djagal Wiseso. Menurut dia, perguruan tinggi menghadapi tantangan yang semakin banyak dan kompleks seiring dengan adanya tuntutan revolusi industri 4.0. Mahasiswa diharapkan siap untuk menerjang berbagai perubahan yang bakal terjadi secara cepat itu.
Sementara itu, Indonesia juga masih berkutat dengan persoalan kemiskinan. Djagal meyakini, pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Ia mengharapkan, kedekatan antara industri dan universitas tidak sekadar soal penyerapan tenaga kerja saja, tetapi juga membantu penyiapan tenaga kerja melalui pemberian beasiswa, terutama untuk mahasiswa yang kurang mampu. Tujuannya adalah pemerataan akses pendidikan tinggi bagi semua kalangan masyarakat.
”Pendidikan menjadi cara bagi orang-orang untuk naik ke kelas ekonomi yang lebih tinggi,” ujar Djagal.
Djagal memaparkan, saat ini UGM memiliki sekitar 60.000 mahasiswa yang berada di berbagai fakultas. Dari jumlah tersebut, sekitar 25 persen mahasiswa kurang mampu secara ekonomi.
”Mereka ini harus dibantu oleh berbagai stakeholder, baik internal maupun eksternal. Sebab, ada aturan juga bahwa perguruan tinggi negeri harus menampung sekitar 20 persen mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi,” kata Djagal.
Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY Probo Sukesih mengatakan, pemberian beasiswa merupakan bentuk kontribusi kalangan usaha atau industri untuk turut memajukan bangsa. Tindakan itu menjadi penting karena seiring meningkatkan kualitas generasi muda Indonesia.
”Kualitas generasi muda menjadi faktor penentuan bagi peradaban, kemajuan, dan perkembangan bangsa. Sumber daya manusia yang terdidik, berilmu pengetahuan, dan berkualitas akan menjadi aset strategis dalam pembangunan bangsa dan negara,” kata Probo.
Probo memaparkan, secara kumulatif, dari 2011-2017, jumlah penerima beasiswa dari BI itu sebanyak 18.565 mahasiswa yang berkuliah di berbagai perguruan tinggi. Adapun beasiswa yang dibedakan menjadi dua macam, yaitu bagi mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi dan bagi mahasiswa yang memiliki prestasi atau potensi akademik.