BNPT Siap Bangun Pusat Deradikalisasi di Karanganyar
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yakin bahwa program deradikalisasi yang dijalankan selama ini berdampak positif. Bahkan, mereka berencana memperbanyak pusat deradikalisasi guna mengurangi potensi kembalinya mantan narapidana teroris kepada paham radikalisme.
Rencananya, BNPT akan membangun pusat deradikalisasi di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Lewat pendekatan lunak pencegahan terorisme, radikalisme diyakini berkurang.
"(Pusat deradikalisasi di Karanganyar) sudah saya investigasi. Kami ingin membangun seperti yang ada di Sei Mencirim, Sumatera Utara dan Tenggulun (Lamongan), Jawa Timur," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius di sela-sela Sosialisasi Pendidikan Antiradikalisme di kampus Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Jumat (10/8/2018).
Dengan pembinaan melalui pendekatan soft power, seperti di masjid Sei Mencirim dan Tenggulun, para mantan napi teroris tidak akan termarjinalkan. Mereka akan merasa diterima masyarakat dan mendapat akses serta kesempatan belajar hidup mandiri.
Menurut Suhardi, ada dua hal yang memengaruhi keberhasilan pemerintah dalam program deradikalisasi. "Pertama, internal yang bersangkutan untuk berubah, termasuk dari keluarga. Kedua, penerimaan masyarakat. Mereka jangan dimarjinalkan," ungkapnya.
Pihak BNPT juga sudah menyampaikan kepada para gubernur betapa pentingnya penanaman benih-benih kedamaian dan persatuan pada mantan napi teroris. Jika tidak diberi akses ekonomi dan kesempatan belajar, mereka akan putus asa sehingga berpotensi kembali lagi ke paham radikal.
Kondisi perguruan tinggi
Kemarin, kepada sejumlah perwakilan perguruan tinggi swasta di Jateng, Suhardi juga menyosialisasikan berbagai modus penyebaran paham radikalisme di perguruan tinggi. Ia mendorong perguruan tinggi memiliki pola dan manajemen penanganan masing-masing.
Terlebih, paham radikalisme yang berkembang di perguruan tinggi skalanya berbeda-beda.
"Kami berusaha agar paham-paham (radikal) ini dikurangi, bahkan dihilangkan. Namun, upaya ini jangan sampai mengganggu proses pendidikan di dalamnya," katanya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan, pada saat penerimaan mahasiswa baru, mereka berkomitmen kepada Pancasila. Dalam perjalanannya, ada potensi terpapar radikalisme. Itu karena pertemuan dengan sejumlah orang yang memiliki ketertarikan akan itu.
Oleh karena itu, Ganjar mendorong terciptanya pendidikan umum keagamaan dan sistem sosial yang baik. "Ini pentingnya nation character building (pembangunan karakter bangsa). National interest kita pegang bersama dan kesampingkan perbedaan. Kompromikan kepentingan kita," ujarnya.
Rektor Untag Semarang, Suparno mengemukakan, pihaknya menekankan kepada mahasiswa terkait bagaimana menjaga negara kesatuan republik indonesia (NKRI) yang tak boleh diganggu gugat. Juga menerapkan pola pengawasan sejak penerimaan mahasiswa baru.