Ritual Mengenang KM Sinar Bangun Tenggelam di Danau Toba
Oleh
Nikson Sinaga
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Komunitas Parbaringin akan mengadakan ritual mangase tao atau meminta maaf kepada Tuhan dan alam semesta di Taman Makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII, Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Selasa (14/8/2018). Ritual dilaksanakan untuk mengenang peristiwa tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di Danau Toba.
Wilson Silaen dari Komunitas Parbaringin, Sabtu (11/8/2018), mengatakan, ritual itu akan dilaksanakan umat penghayat Parmalim, penghayat Ugamo Ompu Si Raja Batak, dan Forum Sisingamangaraja XII. ”Kami juga mengharapkan keikutsertaan umat beragama lainnya,” kata Wilson.
Wilson mengatakan, ritual itu dilaksanakan untuk mengingatkan warga agar menghormati alam semesta Danau Toba dan hutan di sekitarnya. Mereka pun mengingatkan agar umat manusia jangan terlalu serakah mengeksploitasi hutan dengan penebangan hutan yang marak.
”Ritual ini juga untuk mengingatkan agar masyarakat menjaga kelestarian Danau Toba. Danau Toba jangan dieksploitasi dengan keramba jaring apung dan sampah,” kata Wilson.
Acara Mangase Tao akan dimulai pukul 08.00 di Taman Makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII dan akan dilanjutkan dengan tabur bunga di Danau Toba. ”Tabur bunga ini sebagai simbolis permintaan maaf umat kepada alam semesta,” kata Wilson.
Menurut Wilson, kasus tenggelamnya KM Sinar Bangun perlu dipandang sebagai peringatan alam kepada masyarakat Toba.
KM Sinar Bangun tenggelam di perairan Danau Toba saat membawa sekitar 188 penumpang dari Pelabuhan Simanindo di Kabupaten Samosir menuju Pelabuhan Tigaras di Kabupaten Simalungun, 18 Juni 2018.
Kapal yang kelebihan beban itu diduga terbalik setelah dihantam ombak. Dari semua korban tenggelam, hanya 21 orang yang ditemukan selamat, 3 ditemukan tewas, dan 164 lainnya hilang.