SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Kota Semarang Jawa Tengah, bertekad mewujudkan proyek transportasi massal dan murah berupa kereta api ringan (light rapit transit/LRT). Perencanaan proyek ini sudah disiapkan setidaknya dalam dua tahun terakhir.
Tahap awal proyek LRT akan mengintegrasikan jalur Bandara Ahmad Yani dari kawasan Pekan Rekreasi Promosi Pembangunan (PRPP) hingga Pasar Bulu, Tugu Muda. Konsep perencanaan itu sudah dipaparkan di Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, awal Agustus 2018.
Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang akrab disapa Ita, Minggu (12/8/2018), mengemukakan, untuk mewujudkan LRT, pemkot sudah menyelesaikan studi awal, kemudian menyiapkan rencana induk. Studi kelayakan pun telah rampung.
Konsep dan rencana induk LRT sudah dikonsultasikan kepada Dewan Pertimbangan Pembangunan Kota (DP2K) Semarang dan dewan perwakilan rakyat setempat.
”Jika proyek LRT bisa terwujud di Kota Semarang, tentu saja dampaknya sangat besar. Konsep dan masterplan (rencana induk) LRT ini sudah dipaparkan pula di jajaran direksi PT Pembangunan Perumahan bidang infrastruktur,” kata Hevearita.
Dia menyampaikan hal tersebut di hadapan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat acara Dialog Nasional Keselamatan Jalan di Gedung Merbabu, kawasan PRPP Semarang.
Hevearita mengatakan, transportasi LRT peting untuk diwujudkan demi mengurangi tingginya kecelakaan di jalan raya. Selain itu, keberadaan LRT juga demi melindungi pejalan kaki dan pemakai sepeda motor.
Jika LRT sudah terintegrasi dengan sejumlah transportasi massal lain, lalu lintas di Kota Semarang bisa lebih manusiawi. Dengan begitu, banyak warga akan beralih ke angkutan massal dan tingkat kecelakaan di jalan bisa dikurangi.
Hevearita menambahkan, jumlah layanan angkutan umum menggunakan angkutan berbasis bus (bus rapit transit/BRT) kini sudah mencapai tujuh koridor. Jumlah ini bertambah dari hanya satu koridor pada 2012. Adapun setiap koridor dilayani 8 bus sampai 15 bus.
Pemkot Semarang juga memperoleh bantuan 15 bus guna mendukung pembukaan koridor kedelapan, rute Cangkiran (Mijen) menuju Jalan Pemuda.
Sementara itu, Budi Karya mengatakan, kampanye keselamatan di jalan raya harus terus dilakukan di kota-kota besar termasuk Semarang. Hal ini untuk mengurangi jumlah korban akibat kecelakaan lalu lintas di jalan.
Dia mengingatkan, jumlah kecelakaan lalu lintas di Jateng terbesar kedua se-Indonesia setelah Provinsi Jawa Timur. Pada 2017, sebanyak 972 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen korbannya adalah pengendara sepeda motor.