Ombak pecah saat terserak di pasir. Buih kembali tanpa meninggalkan jejak. Suara ombak terdengar hanya seperti siraman air di pasir. Pagi itu, tak ada angin kencang bertiup.
Dari sisi belakang, di pepohonan di bukit yang berbatu, burung-burung berkicau menyambut pagi. Alunan petikan gamelan membikin suasana tambah semarak. Dalam suasana itu, sembilan orang beryoga santai.
Berbagai gerakan yoga diperagakan peserta. Mengangkat tangan lurus sembari salah satu kaki terpaut pada kaki lainnya, melakukan kayang, dan gerakan seolah menyembah matahari (sun salutation). Suasana itu terjadi pada Jumat (10/8/2018).
Yoga di pinggir pantai itu bagian dari Togean International Oceanic Festival (TIOF) yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, 7-11 Agustus 2018. Festival dilaksanakan dalam rangka mempromosikan keindahan bawah laut dan pantai Taman Nasional Kepulauan Togean.
Yoga dilakukan di Pantai Malenge, bagian timur dari Pulau Malenge, Desa Kadoda, Kecamatan Talatako, Tojo Una-Una. Pantai tersebut merupakan salah satu destinasi di Kepulauan Togean dengan pesona pasir putih halus dan air laut jernih nan dangkal.
Pagi itu, yoga dilakukan di atas rumput dengan alas karena hujan lebat malam sebelumnya. Titik itu berjarak sekitar 15 meter dari garis pantai. Halusnya pasir putih tak dirasakan peserta selama yoga karena pengaruh guyuran hujan semalam. Yoga berlangsung selama satu jam.
Dari delapan peserta, ada empat wisatawan mancanegara yang mengikutinya. Sisanya merupakan anggota panitia TIOF dan wisatawan domestik.
Peserta mengikuti gerakan yoga dengan baik meskipun ada posisi tubuh yang sering dibetulkan oleh instruktur Zee Latifa.
Menurut Zee, ada perbedaan yoga di pantai dengan gunung. Yoga di gunung biasanya untuk menimba energi positif dari alam. Itu sesuai dengan karakter alam gunung yang menghasilkan banyak oksigen dari beragam vegetasi dan satwa.
”Sementara yoga di pantai atau tengah laut biasanya untuk membuang energi negatif. Bukan mengasosiasikan laut sebagai tempat untuk membuang sesuatu, tetapi hawa laut memang cocok untuk melepaskan energi negatif,” ujar Zee yang bergabung dengan tiga kelompok yoga di Jakarta.
Yoga yang diperagakan pagi itu merupakan bentuk yoga untuk pemula. Itu terlihat dari gerakan yang masih sederhana, seperti gerakan kobra (mendongakkan kepala saat badan telentang ditopang kedua tangan dan kaki).
”Saya jarang ikut yoga, tetapi gerakan yoga ini bisa saya ikuti,” kata Alink Tamali (36), peserta yoga yang mengakui yoga di pantai menjadi pengalaman yang sulit dilupakan.
Bagi Zee, yoga yang awal mulanya berkembang di India adalah sarana penting untuk menjaga keseimbangan hidup. ”Ketika ada energi negatif, kita harus mengeluarkannya. Ketika ada kekosongan, kita harus menyerap energi positif dari alam. Yoga salah satu jalannya,” tuturnya.