Pemkot Surabaya Fokus Kirim Bantuan ke Lombok Timur dan Barat
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya kembali mengirim barang dan tenaga untuk membantu korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Setelah tim pertama kembali ke Surabaya, pada Selasa (14/8/2018) Pemkot Surabaya melakukan evaluasi mengenai rencana bantuan barang dan tenaga yang dikirimkam lagi ke Lombok.
Berdasarkan peninjauan tim pertama di lapangan, bentuk bantuan yang paling mendesak berupa kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, penjernih air, terpal, dan selimut. Untuk itu, Pemkot Surabaya segera mengirimkan lagi bantuan ke Lombok Barat sesuai kebutuhan warga setempat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Kota Surabaya Eddy Christijanto mengatakan, dari hasil evaluasi, selanjutnya Pemkot Surabaya akan konsentrasi untuk menyalurkan bantuan berupa kebutuhan sehari-hari. Sejak Kamis (9/8/2018), Pemkot Surabaya telah mengirimkan 709 koli bantuan lewat Kantor Pos. Rata-rata bantuan dari Surabaya tiba di lokasi paling lambat dua hari kemudian.
Selain dikirim menggunakan moda transportasi udara, Kantor Pos, sebagian bantuan tersebut juga dibawa bersama tim yang berangkat pertama, terdiri atas 18 orang. Bantuan yang telah dikirim itu, lanjut Eddy, terkirim dalam empat tahap, sebanyak 709 koli, antara lain penjernih air sebanyak 105 koli.
”Tim pengganti kedua, ada 18 orang yang sudah berangkat Minggu lalu ke Mataram, menggantikan tim gelombang pertama. Mereka dijadwalkan berada di lokasi selama enam hari dan jika dibutuhkan akan dikirim tim ketiga,” ujarnya.
Selasa, Pemkot Surabaya kembali mengirim bantuan, antara lain 30 penjernih air, 6 pompa air, dan 14 genset. Selain itu, disiapkan juga bantuan berupa tandon lipat dengan kapasitas 800 liter sebanyak 17 unit dan 1.000 liter sebanyak 15 unit, untuk rencana kembali dikirim ke Lombok.
Menurut Eddy, kebutuhan air bersih saat ini menjadi salah satu prioritas utama yang mendesak di sana. Tim pertama yang tiba di Lombok pun menunjukkan kepada pengungsi cara menggunakan penjernih air yang langsung bisa dikonsumsi tanpa efek samping.
Masyarakat di lokasi gempa sangat kesulitan air. Karena itu, sesuai arahan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dikirim bantuan penjernih dan pompa air. Dengan adanya air di sungai, bisa dialirkan untuk menyuplai kebutuhan sehari-hari pengungsi.
Bantuan dari masyarakat Kota Surabaya terus berdatangan ke posko korban gempa di Taman Surya. Kendati demikian, ia berharap masyarakat yang ingin memberikan bantuan bisa lebih mengutamakan bantuan kebutuhan sehari-hari. Bantuan bisa berupa makanan siap saji dan roti serta pakaian yang benar-benar layak pakai.
”Petugas di Pemkot akan menyortir dulu seluruh bantuan berupa pakaian, sepatu, dan barang lain, kecuali berupa makanan. Agar ketika disalurkan pakaian itu layak dan pantas untuk saudara-saudara yang menjadi korban gempa,” ucap Risma.
Ajukan izin
Terkait banyaknya elemen masyarakat Surabaya yang melakukan aksi penggalangan dana untuk korban gempa, ia mengimbau agar pengumpulan dana tersebut bisa mengajukan izin terlebih dahulu ke BPB Linmas Surabaya. Alasannya, dengan adanya Perda Nomor 14 Tahun 2015, diharapkan bantuan yang disalurkan bisa termonitor oleh Pemkot Surabaya.
Warga Surabaya yang membantu pun memiliki kepastian bahwa bantuannya sampai dan diterima oleh korban gempa. ”Pihak yang melakukan penggalangan bantuan di jalan raya tapi belum mengajukan izin segera ditertibkan. Pemkot tidak menghambat pihak lain ingin membantu, tetapi silakan mengajukan izin agar seluruhnya bisa terkontrol,” tutur Eddy.
Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Kota Surabaya Imam Siswandi pun berbagi pengalaman setelah tim pertama yang dipimpinnya tiba di Lombok. Melihat kondisi yang memprihatinkan, ia bersama tim merasakan langsung kondisi masyarakat di sana. Bahkan, ia bersama tim juga merasakan getaran gempa ketika tinggal di sana.
”Memang kami lihat keadaannya cukup parah. Paling tidak, sekitar 95 persen bangunan di Lombok Utara hancur, termasuk kantor bupati dan kantor camat juga rata dengan tanah,” ujarnya.
Sebelumnya, ia bersama tim melakukan tinjauan ke SDN Obel-Obel 1, Lombok Timur, untuk rencana pembangunan gedung sekolah. Namun, setelah mendapat informasi bahwa kondisi di Lombok Utara juga memprihatinkan, Wali Kota Risma mengarahkan agar tim juga bergeser ke Lombok Utara.
”Dari Lombok Utara, kami diinstruksikan Bu Wali Kota untuk mencari lokasi terjauh yang belum mendapat perhatian dari pihak instansi mana pun. Karena itu, kami berkoordinasi dengan BPBD setempat dan menemukan lokasi yang belum tersentuh,” lanjutnya.
Mengenai rencana pembangunan gedung SDN Obel-Obel 1, Lombok Timur, pihaknya menyatakan masih menunggu hingga kondisi stabil. Sebab, seusai evaluasi yang dilakukan bersama timnya di lapangan, kondisinya memang belum stabil. Gempa dengan skala kecil masih sering terjadi di sana. Kendati begitu, pihaknya akan terus membangun komunikasi dengan BPBD Provinsi NTB.
”Masalah sekolah masih nunggu perintah. Dari segi dana sudah cukup dan siap. Tinggal menunggu dari BMKG atau BPBD Provinsi NTB sehingga bisa dilakukan pembangunan sekolah secara swadaya oleh Pemkot Surabaya,” ucapnya.
Posko masih dibuka
Sementara itu, Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya M Fikser menuturkan, Pemkot Surabaya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua elemen ataupun masyarakat Surabaya yang ikhlas dan sukarela menyalurkan bantuan melalui pemerintah kota kepada korban gempa di Lombok.
Ia menyampaikan, hingga saat ini, pihaknya masih membuka posko korban peduli gempa sehingga diharapkan masyarakat Surabaya yang akan menyalurkan bantuan bisa melalui posko yang telah tersedia.
”Kami, atas nama Pemkot Surabaya, mengucapkan banyak terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan masyarakat Surabaya untuk menyalurkan bantuan kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah gempa di Lombok,” ujar Fikser.