Kala Bocah-bocah Pulau Beradu Lari, Renang, dan Mendayung
Oleh
Videlis Jemali
·4 menit baca
Terik matahari siang itu tak dihiraukan. Warga pulau memenuhi ujung selatan dan utara jembatan yang membentang di atas laut. Teriak dan tepuk tangan pecah mengalahkan sengatan matahari dan riak ombak. Kemeriahan itu mengiringi para peserta yang beradu strategi untuk menjadi juara.
Perairan dangkal yang dilapisi terumbu karang antara Pulau Papan dan Pulau Malenge, Desa Kadoda, Kecamatan Talatako, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, itu menjadi arena penyelenggaraan trilomba (triatlon) anak-anak, Sabtu (11/8/2018).
Satu anak lari di jembatan sejauh 100 meter, lalu disambung peserta lain berenang sejauh 30 meter, kemudian diakhiri anak yang mendayung sampan sejauh 50 meter. Pada setiap episode itulah tepuk tangan dan teriakan menyeruak di tengah laut.
Triatlon adalah kontestasi yang terdiri dari tiga mata lomba. Jamaknya triatlon terdiri dari renang, balap sepeda, dan lari yang dilakukan sambung-menyambung. Pemenang ditentukan berdasarkan kecepatan waktu dalam menyelesaikan ketiga mata lomba itu.
Tiga lomba itu bisa dilakukan sendiri oleh seorang peserta, tapi dapat pula mengikutkan tiga peserta yang dilakukan secara estafet. Karena lombanya di laut, panitia lomba acara di Pulau Papan dan Pulau Malenge pun mengganti dayung sepeda dengan dayung sampan.
Triatlon tersebut adalah bagian dari Togean International Oceanic Festival yang digelar pada 7-11 Agustus lalu, perhelatan yang diadakan untuk mempromosikan potensi wisata bahari Taman Nasional Kepulauan Togean. Festival diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Tojo Una-Una.
Pulau Papan dan Malenge adalah dua dari destinasi wisata di Taman Nasional Kepulauan Togean. Kedua pulau itu memiliki pesona laut dangkal yang jernih, bentangan terumbu karang, dan pasir putih.
Peserta triatlon terdiri atas 16 kelompok yang merupakan utusan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan kelompok anak di pulau-pulau dalam kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean. ”Kami dipilih guru. Kami mewakili sekolah,” ujar Abdul Azwar (14), peserta dari SMP Negeri Malenge.
Adu strategi
Meski diikuti anak-anak, triatlon tersebut sarat ”perang” strategi. Ini karena senjata utama triatlon adalah kecepatan untuk menyelesaikan lomba dengan sesingkat-singkatnya.
Strategi itu dimulai dari lari. Jika dari mata lomba pertama ini saja kelompok kewalahan, bisa dipastikan berdampak pada mata lomba berikutnya. Dari perlombaan, terlihat ada kelompok yang memang memasang peserta yang pas pada mata lomba pertama, yakni anak dengan kecepatan lari mumpuni. Namun, ada juga kelompok yang berjudi dengan peserta lari yang ”payah”.
Kelompok Pulau Papan dan SD Negeri Wiga, Kecamatan Walea Besar, menelan kekalahan akibat kalah strategi itu. Dua kelompok itu menyelesaikan lomba jauh di bawah peserta lain, yakni masing-masing 2 menit 57 detik dan 2 menit 56 detik. Padahal, peserta lainnya hanya menghabiskan waktu di bawah 2 menit 45 detik.
Perang strategi pada lomba renang tak terlalu tampak karena jarak tempuh yang relatif pendek. Di luar masalah teknis itu, umumnya peserta lihai berenang. Laut adalah bagian utama dari kehidupan mereka.
Perang strategi juga terjadi di mata lomba mendayung sampan sejauh 50 meter. Hanya satu sampan yang digunakan peserta dengan panjang 3 meter dan lebar 50 sentimeter. Sampan itu pun ringan.
Pada awal lomba, tak ada hambatan. Namun, mulai peserta ketiga, angin cukup kencang bertiup dari arah selatan. Ini berpengaruh besar terhadap kecepatan sampan.
Jika tak memakai strategi, peserta bisa dikelabui. Karena angin dari selatan, banyak peserta mendayung mengikuti arah angin. Dari titik awal lomba, sampan melaju kencang. Namun, peserta kepayahan begitu mendekati titik akhir karena harus mendayung berlawanan dengan tiupan angin karena sampan sudah terseret agak jauh dari titik finis. Ini memakan waktu waktu lama.
Peserta lain menyiapkan strategi sebaliknya. Dari titik awal, sampan didayung berlawanan arah dengan arah angin. Begitu melewati titik tengah, sampan didayung mengikuti arah angin. Hasilnya, sampan melaju kencang menuju garis finis.
Banyak ”pelatih” memberikan instruksi mendadak itu saat lomba berlangsung. ”Ternyata strategi itu berhasil,” kata Marwan (40), koordinator peserta lomba Tim Kadoda yang keluar sebagai pemenang lomba.
Tim Kadoda mencatatkan waktu tercepat 2 menit 26 detik disusul Tim Pulau Papan (2 menit 33 detik) dan Tim Milok (2 menit 37 detik). Juara I mendapatkan hadiah uang tunai Rp 15 juta, juara II Rp 7 juta, dan juara III Rp 5 juta.
”Hadiah untuk pemenang cukup besar. Uang itu maksudnya sebagai beasiswa pendidikan anak-anak,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tojo Una-Una Mario Dg Pawajoi saat membagikan hadiah lomba.