BANYUWANGI, KOMPAS– Kecanduan gawai tidak hanya menyerang remaja atau pelajar. Puskesmas Unggulan Jiwa, Licin, Banyuwangi pernah merawat orangtua berumur 60 tahun yang kecanduan permainan di gawai.
Pasien tersebut kecanduan permainan di gawai karena gemar bermain ‘Snake’. Dalam permainan itu, pemain menggerakan laju ular agar bisa memakan sebuah umpan. Setiap kali berhasil memakan umpan, tubuh ular semakin memanjang. Permainan ‘Snake’ bukanlah permainan daring dan tidak membutuhkan telepon pintar untuk memainkannya.
Akibat kecanduan, pasien tersebut sempat menjalani rawat inap di Puskesmas Unggulan Jiwa, Licin, Banyuwangi. Setelah menjalani rawat inap sekitar 1 tahun, kini pasien tersebut menjalani rawat jalan dengan pendampingan dari perawat dan psikolog dari Puskesmas Unggulan Jiwa, Licin.
“Karena kecanduan gawai dan permainan tersebut, pasien mengalami gangguan jiwa. Ia kerap merasa ketakutan seperti dikejar-kejar sesuatu. Ia juga menjadi sangat marah saat melihat warna merah,” ujar Yuliana Psikolog Puskesmas Unggulan Jiwa, Licin, ketika ditemui di Banyuwangi, Selasa (14/8/2018).
Yuliana mengatakan, pasien tersebut mengalami gangguan jiwa karena terlalu sering bermain. Menurutnya, kegemaran bermain gawai terjadi karena ada perubahan pola hidup dari yang semula sibuk bekerja menjadi tidak ada kegiatan pasca pensiun.
Pasien tersebut mengisi hari tuannya dengan sibuk bermain gawai. Sehari-hari, pasien tersebut hanya disibukkan mengantar jemput cucunya bersekolah. Di sela-sela kegiatan menunggui cucunya sekolah, pasien tersebut bermain gawai.
Setelah setahun dirawat di Puskesmas Unggulan Jiwa, Licin, Pasien tersebut dinyatakan pulih. Namun, tim dokter masih mewajibkan pasien tersebut untuk rawat jalan dan melakukan konsultasi secara berkala sebulan sekali.
“Selama dirawat, pasien sama sekali tidak boleh bermain gawai. Kami mengalihkan dengan memberikan kegiatan lain yang bermafaat misalnya, membuat kerajinan atau kerja fisik. Intinya memberikan kesibukan agar tidak bermain gawai, karena selama ini ia bermain gawai karena tidak ada kegiatan,” ujar Yuliana.
Kasus seorang kakek yang kecanduan gawai merupakan salah satu kasus menonjol di Puskesmas Unggulan Jiwa, Licin. Biasannya pasien yang dirawat berasal dari kelompok umur produktif antara 15 tahun hingga 45 tahun.
“Kasus tersebut merupakan kasus kecanduan gawai yang pertama kali kami hadapi. Selama ini kasus yang mendominasi ialah Skizofrenia,” ungkap Kepala Puskesmas Unggulan Jiwa, Licin dr Nira Ista Dewi.
Setiap bulan, lanjut dr Nira, rata-rata ada 30 orang hingga 40 orang yang menjalani rawat inap dengan lama menginap beragam. Dalam enam bulan terakhir jumlah pasien rawat jalan sudah mencapai 1.247 orang.
Puskesmas Unggulan Jiwa, Licin merupakan puskesmas yang beroperasi di Kecamatan Licin, Banyuwangi. Puskesmas tersebut merupakan satu-satunya puskesmas di Banyuwangi yang dilengkapi fasilitas poli jiwa dan ruang rawat inap khusus pasien gangguan jiwa.
Puskesmas ini menjadi rujukan bagi warga Banyuwangi, Jember, Situbondo dan Bali yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Layanan Poli Jiwa di Kecamatan Licin tersedia sejak tahun 2014.
Fasilitas tersebut dilayani oleh dua orang psikolog, seorang dokter jiwa (psikater), enam orang perawat jiwa dan enam orang tenaga pendamping. Puskesmas Unggulan Jiwa memiliki 15 kamar rawat inap dan enam kamar isolasi.