Menyaksikan ”The Power of” Emak-emak di Atas Sampan
Oleh
Videlis Jemali
·3 menit baca
Dengan sekuat tenaga, para ibu itu mendayung sampan menjauh dari tali kuning. Wajah meringis, mata tepercik air laut, hingga sampan yang nyaris terbalik mewarnai suasana hari itu. Para emak unjuk kekuatan untuk menjadi juara lewat lomba tarik tambang di atas laut.
Lomba tarik tambang tersebut dilakukan di perairan Pulau Papan, Desa Kadoda, Kecamatan Talatako, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, Jumat (10/8/2018). Lomba titu bagian dari rangkaian acara Togean International Oceanic Festival, 7-11 Agustus, di Pulau Papan dan Pulau Malenge.
Festival itu untuk mempromosikan potensi wisata Taman Nasional Kepulauan Togean yang terkenal dengan pasir putih di sejumlah pulau, laut dangkal yang jernih, dan keindahan alam bawah laut.
Peserta lomba adalah para ibu di pulau-pulau di Kepulauan Togean. Satu kelompok terdiri dari empat peserta. Lomba hari itu diikuti delapan kelompok. Para ibu yang mengikuti lomba berumur lebih dari 40 tahun.
Setiap sampan dari dua kelompok yang bertanding dihubungkan dengan seutas tali yang diikat di ujung. Tugas setiap kelompok adalah mendayung berlawanan arah untuk menarik sampan lawan mendekati garis tengah sebagai pembatas. Jika sampan mendekati garis tengah, peserta di sampan itu kalah dan sebaliknya menang.
Matahari yang ditutupi gumpalan awan sore itu tetap terasa gerah bagi para ibu. Mendayung sampan untuk menarik ke tali pembatas sampan peserta lain bukan pekerjaan mudah. Ada peserta yang menyudahi lomba lebih lekas karena satu peserta lain cepat takluk. Namun, ada peserta lomba yang bertarung sengit menghabiskan waktu hingga lebih dari 5 menit untuk satu gim.
Setiap kelompok peserta bertanding dua kali. Jika imbang dalam dua gim, lomba dilanjutkan ke babak ketiga untuk penentuan pemenang. Tak heran, begitu tiba di dermaga, keringat mengalir di wajah para peserta.
Saat menang, para ibu mengekspresikannya bervariasi. Ada yang mengangkat dayung, ada pula yang hanya mengangkat tangan dari sampan ke arah penonton di dermaga sisi timur. Namun, segelintir meluapkan euforia dengan menceburkan diri ke laut.
”Saya basah karena keringat. Jadi, saya sekalian mencebur saja ke laut sekaligus mengungkapkan rasa senang karena menang,” kata Marini (42), peserta dari Pulau Kabalutan I, saat tiba di dermaga usai lomba.
Dalam kegerahan itu, para ibu disemangati dengan tepuk tangan dan teriakan penonton yang memadati dermaga di Pulau Papan dan bagian belakang rumah warga yang didirikan di laut.
Lomba hari itu dimenangi tim Pulau Kabalutan I yang berhak atas hadiah Rp 7 juta. Juara II diraih tim Pulau Kabalutan II disusul juara III tim Pulau Papan dengan hadiah masing-masing Rp 5 juta dan 3 juta.
Kepala Desa Kadoda Darwis Ambotang selaku penanggung jawab lomba menyatakan, lomba tarik tambang dengan sampan agak jarang digelar di pulau-pulau. ”Padahal, lomba ini terkait erat dengan kehidupan harian warga, termasuk untuk perempuan,” katanya.
Ia berjanji untuk menggelar lomba serupa dalam berbagai momen ke depan. Itu hiburan di tengah penatnya aktivitas harian.
Di perairan pinggir pulau dan sekitar kampung di Kepulauan Togean sangat jamak terlihat para ibu memegang kendali mesin ketinting dari sampan. Laut dan sampan adalah bagian utuh dari kehidupan mereka.