Tumbuh Mandiri dengan EVCO
Donorojo tidak hanya memiliki Pantai Klayar yang indah. Pohon kelapa tumbuh subur di pesisir pantai. Namun, potensi kelapa belum banyak dioptimalkan.
Buah kelapa di Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, umumnya dijadikan kopra atau dijual butiran. Kini, lewat dorongan komite sekolah, warga mulai mengolah kelapa menjadi ekstra minyak kelapa murni (extravirgin coconut oil/EVCO).
”Harga kelapa yang besar Rp 1.500 per butir, yang kecil Rp 500 per butir. Kalau dibuat kopra, harganya Rp 5.000 per kilogram,” ujar Sugeng, Ketua Paguyuban Komite Sekolah Binaan Yayasan Pendidikan Astra-Michael D Ruslim (YPA- MDR) di Donorojo, Sabtu (4/8/2018).
Menurut Sugeng, 1 kilogram kopra memerlukan 8-10 butir kelapa. Dengan jumlah yang sama, bisa menghasilkan 1 liter EVCO. ”EVCO lebih menguntungkan karena harganya lebih tinggi, Rp 30.000 per liter,” ujarnya.
Sugeng mengatakan, YPA-MDR mendampingi komite sekolah di sekolah-sekolah binaan di Kecamatan Donorojo untuk memproduksi EVCO, yakni SDN Kalak 2, SDN Widoro 2, SDN Sendang 3, SMPN 2 Donorojo, dan SMKN 2 Donorejo. Pengurus komite sekolah membentuk paguyuban untuk mengelola produksi EVCO. ”Kami sudah memproduksi dan menjual 1.726 liter,” katanya.
YPA-MDR menggandeng pakar VCO dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, untuk mendampingi dan melatih anggota paguyuban komite sekolah. Dari 25 anggota paguyuban, 15 aktif membuat EVCO. Warga juga dirangkul. Hasil produksi mereka ditampung paguyuban. Hasil penjualan dibagi dua, Rp 27.000 untuk anggota/warga yang membuat dan Rp 3.000 untuk paguyuban. ”Pembuatan EVCO bertujuan membangun kemandirian komite sekolah sekaligus memberdayakan ekonomi warga desa,” katanya.
Paguyuban komite sekolah kini memiliki sumber dana mandiri tanpa melakukan pungutan kepada orangtua siswa. Dana itu bisa digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya perbaikan dan pengembangan sarana-prasarana sekolah serta pembiayaan kegiatan operasional komite sekolah. ”Dana dipakai untuk keperluan yang sederhana, misalnya membeli lampu neon,” katanya.
Cendera mata
Selain memasok eksportir EVCO, paguyuban mengincar wisatawan Pantai Klayar. Sebagian produk EVCO dikemas sebagai cendera mata dalam botol ukuran 250 mililiter dan 300 mililiter. ”Bisa dijadikan oleh-oleh para wisatawan yang berkunjung ke Pantai Klayar,” ujarnya.
Menurut dosen Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM, Ani Setyopratiwi, yang mendampingi paguyuban komite sekolah, pelatihan dan pendampingan pembuatan EVCO dilakukan sejak 2016 diikuti 250 warga dan pengurus komite sekolah.
Pembuatan dilakukan dengan metode spontan, yakni tanpa pemanasan dan tanpa penambahan apa pun dari luar. Santan kelapa dibiarkan menghasilkan EVCO secara mandiri. Metode spontan memiliki kelebihan, yakni lebih mudah, murah, dan efektif.
Produk yang dihasilkan dari metode ini disebut ekstra-VCO. EVCO lebih unggul dibandingkan dengan VCO biasa karena jernih, harum, kadar airnya rendah, dan lebih awet. Dalam kemasan tertutup, EVCO bisa bertahan sampai 3,5 tahun. ”Permintaan EVCO untuk ekspor tinggi,” ujar Ani.
Ani menyebutkan, pesisir Pantai Klayar di Donorojo memiliki potensi besar produksi EVCO. Jika dioptimalkan, produksinya bisa mencapai sekitar 10.000 liter per bulan. Saat ini baru 1.000 liter per bulan. Berdasarkan Data Pacitan Dalam Angka 2018, Badan Pusat Statistik Pacitan, luas area kebun kelapa di Pacitan tahun 2017 mencapai 23.510 hektar, 1.960 hektar di antaranya di Donorojo.
Ketua Pengurus YPA-MDR Herawati Prasetyo mengatakan, YPA-MDR mulai membina dan mendampingi sekolah di Pacitan sejak 2012. Saat ini ada lima sekolah dibina YPA-MDR, mulai dari SD hingga SMK. Sesuai misi, YPA- MDR melaksanakan empat pilar pembinaan, yaitu akademis, karakter, seni budaya, dan kecakapan hidup melalui model ”sekolah eskalator” atau pendidikan berkelanjutan. ”Pelatihan produksi VCO merupakan pembinaan kecakapan hidup,” ujarnya.
Sekretaris Pengurus YPA-MDR Kristanto menuturkan, pembinaan dan pendampingan sekolah membutuhkan keterlibatan masyarakat melalui komite sekolah.
Kepala SMPN 2 Donorojo Katni mengatakan, di bidang akademik, sekolah-sekolah binaan mendapatkan berbagai bantuan sarana-prasarana sekolah, alat-alat pembelajaran, dan pelatihan bagi guru. Di bidang pendidikan karakter, para guru mendapat diklat Penguatan Pendidikan Karakter dari dosen Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, yang digandeng YPA-MDR.
Di bidang seni budaya, siswa dilatih seni tari dan karawitan. Para pelajar SD-SMK, Sabtu, menyajikan kepiawaian menari dan memainkan gamelan dalam gelaran seni Gebyar Klayar 2018.