Bantuan Air Bersih Temanggung Andalkan Pihak Ketiga
Oleh
regina rukmorini
·3 menit baca
Temanggung, Kompas- Stok air bersih yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, untuk mengatasi krisis air pada musim kemarau ini telah habis. Kegiatan penyaluran bantuan air bersih saat ini hanya bisa dilaksanakan dengan mengandalkan bantuan dan sumbangan dari pihak ketiga.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung, Gito Walngadi, mengatakan, jatah bantuan 450 tangki air bersih yang disiapkan untuk Juni hingga Oktober 2018, sudah habis didistribusikan pada Sabtu (11/8/2018). Kegiatan penyaluran bantuan air bersih, untuk sementara ini hanya bisa mengandalkan 100 tangki air, bantuan, sumbangan dari berbagai lembaga dan instansi saja.
“Sebanyak 100 tangki air yang saat ini tersedia, maksimal hanya akan cukup untuk memenuhi kebutuhan penyaluran air bersih selama seminggu ini saja,” ujarnya, Jumat (17/8/2018).
Saat ini, untuk mengatasi krisis air bersih di berbagai daerah, BPBD Kabupaten Temanggung harus menyalurkan sebanyak 12 tangki air per hari. Satu tangki air berkapasitas 5.000 liter air.
Selain meminta bantuan dari berbagai lembaga, dinas dan instansi, Gito mengatakan, pihaknya sebenarnya sudah mengajukan permintaan sekitar 1.000 tangki air bersih kepada BPBD Jawa Tengah, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, belum satu pun dari dua lembaga tersebut, memberikan respon.
Gito menambahkan jumlah daerah yang mengalami krisis air terus bertambah. Setelah sebelumnya kekeringan terjadi 19 dusun di tujuh desa di lima kecamatan, dalam jangka waktu seminggu saja, krisis air makin meluas terjadi di lebih dari 20 dusun di sembilan desa di lima kecamatan.
Krisis air juga melanda sejumlah sekolah seperti di SMP Negeri 2 Kandangan di Desa Gesing, Kecamatan Kandangan. Selama musim kemarau ini, maka pasokan air untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK) serta air minum untuk para guru dan siswa, hanya mengandalkan bantuan air dari BPBD Kabupaten Temanggung, yang diterima satu hingga dua tangka per minggu.
Namun, jika air sudah habis dan bantuan belum datang, maka 127 siswa di SMP tersebut biasanya diminta untuk membawa air sendiri dari rumah.
“Kami meminta siswa-siswa membawa air dalam botol-botol bekas minuman. Jumlah botol terserah mereka, karena air yang dibawa adalah sesuai kebutuhan mereka sendiri,” ujar Nur Rahman, salah seorang staf humas di SMP Negeri 2 Kandangan. Upaya ini bisa dilakukan karena banyak siswa SMP tersebut berasal dari desa-desa yang tidak mengalami krisis air.
Mar’ah, warga Dusun Kartomargomulyo, Desa Tlogopucang, Kecamatan Kandangan, mengatakan, dua hingga tiga kali per minggu, dusunnya selalu mendapatkan bantuan air dari BPBD Kabupaten Temanggung dan bantuan air bisa mencapai dua hingga tiga tangki air. Setiap kali bantuan datang, Mar’ah hanya bisa mendapatkan delapan tangki air, yang langsung habis terpakai untuk memenuhi kebutuhan selama dua hari.
“Hari-hari selanjutnya, sembari menunggu bantuan air dari BPBD, saya tetap harus mencari air dari sumber-sumber air di berbagai tempat di lain dusun, lain desa, atau bahkan di luar kecamatan,” ujarnya.