CALANG, KOMPAS — Hari Ulang Tahun Ke-73 Republik Indonesia, Jumat (17/8/2018), disambut beragam acara yang kreatif. Di Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh, gajah jinak di conservation response unit turut membawa bendera Merah Putih. Hal itu sekaligus simbol para pengambil kebijakan dan para pihak mampu melindungi satwa cerdas itu dari kepunahan.
Upacara memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia berlangsung sederhana, tetapi penuh khidmat. Sekitar 40 orang, yang terdiri dari pawang gajah, staf conservation response unit (CRU), aktivis lingkungan, mahasiswa, dan wartawan, menggelar upacara. Upacara menjadi semakin istimewa karena gajah jinak di CRU terlibat. Belalai gajah jinak ”memegang” bendera, lalu menyerahkan kepada komandan upacara untuk dikibarkan. Seusai upacara, gajah bersama peserta mengusung bendera menyusuri sungai.
Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia di CRU itu digagas Forum Jurnalis Lingkungan (FJL). Pesan yang ingin disampaikan adalah negara benar-benar hadir menyelamatkan satwa lindung yang terancam punah itu.
Sekretaris FJL Ratno Sugito mengatakan, pelibatan gajah dalam memperingati hari kemerdekaan sebagai simbol gajah juga harus merasakan kemerdekaan seutuhnya. Hingga kini, perburuan gajah dan perusakan habitat masih menandakan satwa belum sepenuhnya merdeka.
”Kami ingin menyampaikan bahwa perlindungan satwa adalah tugas semua. Namun, negara harus berada di garda terdepan,” kata Ratno.
CRU Sampoiniet merupakan pusat mitigasi konflik gajah. Selain sebagai pusat mitigasi, CRU juga didorong menjadi pusat wisata berbasis konservasi.
Kematian gajah
Konflik gajah dengan manusia di Aceh sangat masif. Sejak 2015 hingga 2018, sebanyak 34 gajah mati, dua di antaranya adalah gajah jinak. Pemicu kematian, 80 persennya adalah perburuan, konflik, dan racun.
Koordinator CRU Sampoiniet Samsul Rizal menegaskan, pelibatan gajah untuk memberikan edukasi kepada warga bahwa gajah juga memiliki hak hidup merdeka.