Apresiasi Tinggi Bagi Yohanes Si Pemanjat Tiang Bendera
Oleh
GESIT ARIYANTO
·3 menit baca
Barangkali tak terbersit di benak Yohanes Ande Kala (14), kebiasaannya memanjat pohon asam berujung apresiasi tinggi warganet dan publik. Aksi heroiknya memanjat tiang karena tali bendera tersangkut di pucuk tiang setinggi 15 meter viral di sosial media, Jumat (17/8/2018).
Yohanes adalah peserta upacara HUT Kemerdekaan Ke-73 RI di lapangan Pantai Motaain, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, NTT. Lokasinya kurang dari satu kilometer dari perbatasan Timor Leste.
Keberanian siswa kelas VII SMPN Silawan itu membuat upacara bendera berlanjut, setelah terhenti ketika tali pengikat lepas bersamaan dengan aba-aba "bendera merah putih siap".
"Saat di tenda kecil (posko kesehatan), ada yang bertanya, siapa bisa panjat tiang bendera? Saya keluar, buka sepatu lalu berlari ke lapangan, langsung naik tiang bendera. Tidak ada yang suruh," ujar Yohanes ketika diwawancari melalui telepon oleh Harian Pos Kupang, Jumat sore.
Dia menyelamatkan upacara bendera.
Sebelum pengibaran bendera oleh anggota Paskibra, bungsu dari sembilan bersaudara dari pasangan Viktor Lino Fahik Marcal dan Lorensa Gama itu sakit perut. Ia keluar barisan.
Yohanes tak takut ketinggian, karena biasa membantu orangtuanya memetik buah asam untuk dijual. Ia juga biasa memanjat pohon pinang.
Ia tinggal bersama orangtuanya di RT 12 RW 05 Halimuti, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur. Orangtuanya berasal dari Timor Timur (kini Timor Leste) di Distrik Bobonaro, yang memilih bergabung ke Indonesia usai jajak pendapat. Ia bekerja sebagai petani.
"Sepulang sekolah Joni (panggilan Yohanes) membantu ibu mencari asam. Dia sering naik pohon asam. Itu pekerjaan utama orangtua," kata Joqino Carvalho Marcal, kakak Yohanes. Adiknya ia sebut rajin dan penurut.
Di sekolah, Yohanes juga kian dikenal. "Teman-temannya heboh, sebut Yohanes hebat dan berani karena aksinya itu," kata Andik Sugiarto, guru Bahasa Inggris di SMPN Silawan.
Hingga kemarin pihak sekolah belum punya rencana khusus apa yang akan diberikan kepada Yohanes sebagai bentuk apresiasi. "Sampai hari ini (Jumat malam), bapak kepala (Kepala Sekolah) belum menyampaika apa-apa," kata Andik, yang mengajar di sekolah itu sejak tahun 2013.
Diundang ke Jakarta
Keluarga, kata Joqino, senang dengan aksi adik bungsu itu. "Keluarga senang dengan aksinya Joni. Dia menyelamatkan upacara bendera," kata anak keenam itu.
Apresiasi pun membanjir untuk Yohanes. Wakil Bupati Belu JT Ose Luan yang memimpin upacara saat itu menyebutnya pahlawan dan mengajaknya berdiri di panggung utama. Tepuk tangan sontak terdengar ketika ia berada di puncak tiang bendera.
Jagat sosial media juga riuh dengan ucapan salut dan terima kasih pada "adik kecil itu". "Besok (Sabtu, 18 Agustus) Joni berangkat ke Jakarta. Ia bersama bapak dan mama," ujar Joqino.
Banyak pihak menelepon. Namun, satu yang Joqino ingat adalah telepon dari Kementerian Komunikasi dan Informasi. Sebelumnya, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi juga menyatakan akan mengundang Yohanes ke Jakarta.
Yang jelas, dua hari lalu, Yohanes adalah bocah kecil tak dikenal masyarakat luas. Namun, kemarin itu dari pelosok timur ia ingatkan bahwa kemerdekaan Republik Indonesia diraih dengan perjuangan dan risiko. Jauh dari pamrih. (JANNES EUDES WAWA)