SURABAYA, KOMPAS - Pemerintah Kota Surabaya terus mendorong warga agar semakin rajin menabung smpah melalui bank sampah. Saat ini paling tidak di kota dengan penduduk 3 juta jiwa terdapat 296 unit bank sampah, ada 26 unit rumah kompos untuk pengolahan sampah organik.
Gerakan menabung sampah terus dilakukan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, termasuk ketika meluncurkan program Bank Sampah Simo Jawar di Jalan Simo Jawar RW 10 Surabaya, Minggu (19/8/2018). Dengan menabung sampah, volume sampah warga kota yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo sekitar 1.400 meter kubik per hari. Volume sampah yang diangkut ke TPA sekitar 25 persen dari total produksi sampah setiap hari mencapai 5.080 meter kubik.
"Volume sampah yang diangkut ke TPA terus berkurang, karena warga semakin giat mengelola dan mengolah sampah yang ada di sekitarnya. Kesadaran memilah sampah jua meningkat," katanya.
Meski gerakan mengolah dan mengelola sampah relatif meningkat, hingga sekarang masih ada warga yang membuang sampah sembarang. Keterbatasan petugas untuk mengawasi seluruh wilayah masih dimanfaatkan oleh segelintir warga Surabaya untuk membuang sampah di jembatan, atau pinggir sungai.
"Beberapa jembatan sengaja ditutup supaya tidak menjadi tempat warga buang sampah. Terus terang sampai hari ini masih ada warga yang membawa sampah dari rumahnya dimasukkan kantong plastik lalu dibuang ke sungai atau di jembatan, bahkan di pinggir jalan biasanya tanah kosong," keluh Risma.
Beberapa jembatan sengaja ditutup supaya tidak menjadi tempat warga buang sampah. Terus terang sampai hari ini masih ada warga membawa sampah dari rumahnya, dimasukkan kantong plastik lalu dibuang ke sungai, di jembatan, bahkan di pinggir jalan terutama lahan kosong
Padahal jika masyarakat peduli terhadap kebersihan lingkungan dan mau mengelola serta memanfaatkan sampah dengan baik, maka akan menjadi nilai ekonomis. Jadi sampah dikumpulkan, dipilah lalu dikelola sekaligus diolah, maka pasti memiliki nilai," ujarnya.
Untuk itu Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya menekan keberadaan sampah yang kian meningkat, seiring pertumbuhan jumlah penduduk maupun pendatang. Saat ini, kata Wali Kota Risma, Pemkot Surabaya telah memiliki beberapa program yang sudah dijalankan, diantaranya adalah kegiatan Green and Clean, Merdeka dari Sampah, Rumah Kompos dan Bank Sampah.
"Sekarang warga bisa menabung sampah, ditimbang lantas dijual, jadi jangan buang sampah sembarangan, yang tidak hanya membuat lingkungan kotor, warganya pun tak sehat," ujarnya.
Mengurangi tumpukan sampah, Pemkot Surabaya menerapkan teknologi waste to energy, baik skala kecil yaitu PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah), hingga skala besar dengan metode sanitary landfill yakni teknologi gasifikasi untuk pengolahan sampah menjadi energi listrik. “Saat ini, baru Kota Surabaya di Indonesia yang sampahnya dimanfaatkan jadi listrik. Karena itu, ayo mulai mengelola sampah, jangan sampai sampah itu terbuang tidak ada gunanya,” tuturnya.
Naik bus
Upaya mengubah sampah menjadi lebih berharga juga dilakukan di Surabaya, Jawa Timur. Masyarakat bisa naik bus Suroboyo, rute Terminal Purabaya-Jembatan Merah Plaza, dengan menyerahkan plastik air minum kemasan sebagai ongkos.
Untuk sekali perjalanan maksimal dua jam, diperlukan 10 plastik gelas kemasan air atau 5 botol air mineral ukuran 600 ml atau 3 botol air mineral ukuran 1,5 liter. Calon penumpang juga bisa memperoleh tiket dengan menukarkan sampah plastik di Bank Sampah Induk Surabaya, Bank Sampah Bintang Mangrove, dan Bank Sampah Pitoe.
Disampaikan Wali Kota Risma, program bank sampah ini bukan pertama kalinya di Surabaya. Di wilayah lain, sudah memiliki bank sampah serta rumah kompos yang sudah berjalan. Sehingga, sampah tidak lagi menjadi barang yang tidak berguna, melainkan justru bernilai ekonomis. Bahkan, ada warga yang memanfaatkan hasil dari bank sampah tersebut, untuk liburan bersama keluarga.
“Jadi ibu-ibu di tempat lain di Surabaya, bank sampah itu sudah banyak yang berjalan dengan baik. Melalui bank sampah ini, ibu-ibu bisa menabung. Selama ini sampahnya kan dibuang, kalau sampah itu dipilah, bisa jadi uang,” kata wali kota kelahiran Kediri ini.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Risma juga mengajak anak-anak agar tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, ia juga mengimbau kepada anak-anak untuk giat belajar, walaupun dalam keterbatasan. Ia pun mencontohkan, seperti Supriadi yang berasal dari keluarga kurang mampu, namun bisa sukses membanggakan keluarga bahkan Indonesia. “Jadi kalau kalian mau belajar kalian bisa jadi apapun,” ujarnya.
Sementara itu, Dosen Fakultas Teknik Mesin Intitut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), Eky Noviana Renti menyampaikan, Bank Sampah Simo Jawar ini merupakan Program Kemitraan Masyarakat (PKM), hasil kerjasama dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRPM) Ristekdikti.
Eky berharap, dengan adanya program bank sampah, perekonomian warga sekitar bisa lebih meningkat. Selain itu, warga bersama pemerintah bisa bersinergi untuk mengelola sampah menjadi produk bermanfaat.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.