JAMBI, KOMPAS — Makin meluasnya kebakaran lahan dan hutan mulai meresahkan di Jambi. Aparat penegak hukum didesak lebih tegas menindak para pembakar lahan.
Sejak Januari hingga 18 Agustus 2018, kebakaran di Jambi menghanguskan 297 hektar. Kebakaran pada kawasan hutan 67,75 hektar, sisanya 229 hektar pada area penggunaan lain.
Kebakaran hutan di Jambi terpantau paling luas dalam area konsesi restorasi ekosistem Hutan Harapan. Letaknya di perbatasan Jambi dan Sumatera Selatan.
Pengelola kawasan restorasi ekosistem Hutan Harapan membenarkan maraknya kebakaran dalam areal konsesinya.
”Sejak Januari lalu sudah terpantau 33 titik panas dalam kawasan Hutan Harapan. Namun, kami temukan semuanya berada di area konflik, yakni perambahan liar yang terorganisasi oleh kelompok-kelompok tertentu,” ujar Adam Aziz, Head of Strategic Partnership and Land Stabilization Division PT Restorasi Ekosistem (REKI).
Kebakaran paling luas terjadi di wilayah Pangkalan Ranjau, Hulu Badak, dan Tanjung Mandiri. Di wilayah tersebut, terdata jumlah petani pendatang 829 keluarga yang menggarap lebih dari 3.000 hektar dalam kawasan hutan.
”Kami berharap aparat penegak hukum turun tangan menindak tegas perambahan liar dan praktik bakar di sana,” lanjutnya.
Terkait kebakaran di rawa gambut, Direktur Perkumpulan Hijau Feri Irawan menilai tim satuan tugas di Jambi belum bekerja maksimal.
”Dari pantauan lapangan, kami temukan upaya pemerintah mengawasi titik rawan kebakaran belum maksimal. Penanganan kurang sigap,” katanya.