Kebakaran Meluas, Kasus ISPA Meningkat
Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan dan Sumatera meluas. Hal itu bisa berdampak meningkatkan kasus infeksi saluran pernapasan akut.
PALANGKARAYA, KOMPAS Kebakaran di Kalimantan Tengah meluas. Dalam sehari, terdapat 96 titik panas di Kalimantan Tengah. Kebakaran dikhawatirkan berdampak pada kesehatan masyarakat. Kasus infeksi saluran pernapasan akut meningkat.
Minggu (19/8/2018) siang, kebakaran terjadi di Petuk Katimpun, Jekan Raya, Kota Palangkaraya, Kalteng. Kebakaran terjadi sejak Sabtu sore.
Api membakar lahan tidur bergambut sedalam lebih kurang 1 meter dengan luas lebih dari 15 hektar. Lokasi kebakaran sangat dekat dengan rumah penduduk.
Rahmat Alam (30), salah satu warga, menuturkan, Sabtu malam api dapat dipadamkan tim pemadam yang datang siang hari. Namun, api kembali muncul pada Minggu pagi.
”Kalau di lahan gambut memang susah dipadamkan. Kami padamkan di titik ini, api bisa saja muncul di tempat lain. Api menjalar lewat bawah,” kata Alam yang membantu memadamkan api. Menurut Alam, lahan tersebut tidak pernah digarap pemilik. Pemilik lahan tidak tinggal di wilayah tersebut.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Palangkaraya menunjukkan, ada 96 titik panas tersebar di 11 kabupaten/kota, yakni Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Lamandau, Seruyan, Sukamara, Murung Raya, Barito Selatan, Pulang Pisau, Kapuas, Katingan, dan Kota Palangkaraya. Kotawaringin Timur, Kapuas, dan Pulang Pisau memiliki sebaran titik panas terbanyak.
Komandan Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Kalteng Kolonel Inf Harnoto mengatakan, strategi penanggulangan kebakaran dilakukan lewat darat dan udara. Pihaknya menyiapkan empat helikopter untuk melakukan water boombing. Helikopter diparkir di Palangkaraya dan di Kotawaringin Barat.
”Lewat darat ada tim gabungan berbagai lembaga dan instansi serta kelompok masyarakat untuk memadamkan api,” ujarnya.
Pihaknya terus melakukan pencegahan dengan sosialisasi ke desa-desa dan patroli.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran, selama Agustus terjadi 75 kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sementara selama 2018 terdapat 306 karhutla dengan luas kebakaran 2.596,542 hektar.
Dampak kesehatan
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Yayu Indriaty mengatakan, banyaknya kebakaran berdampak pada kesehatan masyarakat. Kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) meningkat. ”Kami sudah mengantisipasi dengan pasokan obat-obatan dan kebutuhan kesehatan lain di puskesmas dan puskesmas pembantu,” katanya.
Sejauh ini terjadi kenaikan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebanyak 30 persen. Rinciannya, bulan Juni penderita ISPA 3.470 kasus dan bulan Juli naik jadi 4.603 kasus.
”Dibanding tahun lalu, pada periode sama ada kenaikan dua kali lipat untuk kasus ISPA,” ucap Yayu. Pihaknya mengimbau masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah dan mengurangi aktivitas di luar, khususnya di siang hari.
Areal konflik
Dari Jambi dilaporkan, lebih dari 90 persen hutan yang terbakar di wilayah itu terjadi pada areal berkonflik. Aparat penegak hukum didesak lebih tegas menindak para pembakar lahan.
Berdasarkan deteksi Satelit NOAA yang diolah Dinas Kehutanan Jambi, kebakaran yang terjadi di kawasan hutan negara seluas 67,75 hektar. Lebih dari 90 persen yang terbakar merupakan area perambahan liar.
Lahan-lahan itu sebagian besar dibuka untuk kebun sawit dan tanaman pangan. Pembukaan dilakukan dengan cara bakar. ”Sebaran paling luas di Kabupaten Batanghari dan Tanjung Jabung Barat, areal hutan yang dirambah secara liar,” kata Donny Osmond, Kepala Seksi Kebakaran Hutan Dishut Provinsi Jambi, Minggu.
Sejak Januari hingga 18 Agustus 2018, kebakaran di Jambi menghanguskan 297 hektar lahan. Kebakaran hutan 67,75 hektar, sisanya 229 hektar di area penggunaan lain. Berbeda dengan kebakaran tahun 2015 yang sebagian besar menghanguskan gambut dan berdampak pada tragedi kabut asap, tahun ini kebakaran mayoritas di lahan mineral seluas 231 hektar.
Kebakaran kawasan hutan terpantau paling luas di area konsesi restorasi ekosistem Hutan Harapan di perbatasan Jambi dan Sumatera Selatan. Hal itu dibenarkan pengelola kawasan restorasi ekosistem Hutan Harapan. Sejak Januari terpantau 33 titik panas di kawasan Hutan Harapan. Luas area yang terbakar 83 hektar. Terluas pada Agustus hingga 63 hektar.
”Dari peta satelit dan pantauan langsung tim di lapangan, kami temukan semua di area konflik, yakni perambahan liar yang terorganisasi oleh kelompok-kelompok tertentu,” ujar Adam Aziz, Head of Strategic Partnership and Land Stabilization Division PT Restorasi Ekosistem.
Kebakaran paling luas terjadi di wilayah Pangkalan Ranjau, Hulu Badak, dan Tanjung Mandiri. Di wilayah tersebut, terdata jumlah petani pendatang 829 keluarga, menggarap lebih dari 3.000 hektar kawasan hutan. Pihaknya meminta aparat penegak hukum turun tangan menindak tegas perambahan liar dan praktik bakar di sana.
Kelompok-kelompok yang membakar lahan belum bermitra dengan pengelola hutan. Akibatnya, sulit mengawasi mereka. Meski disediakan 68 embung dan 50 personel pemadam, kebakaran sulit terelakkan. (IDO/ITA)