Embung Tadah Hujan Kering, Warga Tarakan Terancam Krisis Air Bersih
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·2 menit baca
TARAKAN, KOMPAS — Krisis air bersih mengancam Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Tiga pekan terakhir, curah hujan sangat minim sehingga embung-embung tadah hujan tidak terisi air. Warga yang tinggal di daerah perbukitan paling terdampak.
Said Usman Assegaf, Direktur PDAM Tirta Alam, Tarakan, Kamis (23/8/2018), mengatakan, Embung Persemaian yang berkapasitas 115.000 meter kubik sudah kering sejak pekan lalu. Embung lainnya, yakni Binalatung, yang berkapasitas 400.000 meter kubik, sudah terkuras airnya 90 persen. Jika tak ada hujan, Embung Binalatung hanya bertahan tiga hari.
”Tinggal satu embung cadangan, yakni Embung Bengawan, berkapasitas 200.000 meter kubik yang sudah kami ambil. Embung Binalatung masih terisi karena kami mengalirkan air dari sungai kecil. Namun, air tersisa ini hanya cukup sampai seminggu-an,” kata Said.
Dari kebutuhan 140 liter per detik, kemampuan saat ini hanya bisa sekitar 100 liter per detik. Imbasnya, dari sekitar 258.000 pelanggan PDAM di Tarakan, sekitar 100.000 pelanggan (sambungan rumah) tidak terlayani air.
”Masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan yang paling terdampak. Tarakan, kan, berbukit-bukit. Semua embung ini tadah hujan karena tidak memungkinkan pengambilan air tanah melalui pengeboran,” katanya.
Hujan, menurut dia, sebenarnya turun, tetapi tidak merata dan cenderung turun di wilayah perkotaan, bukan di embung. Itu pun hanya rintik-rintik hujan, bukan hujan deras. Dengan kata lain, embung tidak terisi.
”Awan tebal, gelap, berkali-kali menyelimuti Tarakan. Seperti kejadian kemarin. Tinggal turun airnya, tapi (awan) seringnya menjauh. Hujannya malah turun di lautan. Kalau toh hujan, rintik-rintik saja,” kata Said.
Warga Tarakan, Sofyan (33), waswas jika air benar-benar berhenti mengalir. ”Kalau punya uang, ya, bisa beli air. Tapi kalau berkali-kali beli, ya, lama-lama berat. Semoga hujan deras segera turun dan embung terisi,” ujar karyawan swasta ini.