Adelia (8) bersama sejumlah temannya berusia 10 tahun ke bawah di Dusun Sidemen Lauk, Desa Lembah Sari, Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (22/8/2018) siang, begitu gembira ketika berkumpul pada salah satu posko korban gempa di dusun tersebut. Saat itu, mereka mewakili ratusan pengungsi korban gempa Lombok di wilayah itu menerima selimut dan sejumlah barang lainnya sumbangan dari para penjelajah sepeda yang tergabung dalam komunitas Kompas Bike.
Setelah menerima, mereka berkali-kali mengucapkan terima kasih seraya memegang erat selimut. ”Saat ini, selimut termasuk yang sangat dibutuhkan. Banyak warga yang rumah hancur rata tanah umumnya pakaian dan perlengkapan lainnya masih tertutup bangunan,” kata Beni Hidayatuloh, Koordinator Posko Korban Gempa di Dusun Sidemen Lauk.
Dusun Sidemen Lauk memiliki 395 keluarga. Setiap keluarga menghuni satu rumah. Gempa menghancurkan sekitar 90 persen rumah, sedangkan 10 persen sisanya umumnya retak. Akan tetapi, pemiliknya tidak berani lagi menempati.
Selain selimut, bantuan yang diberikan, yakni sarung, pempers, perlengkapan mandi, seperti sabun, sikat gigi dan odol gigi. Bantuan yang sama diberikan juga kepada korban lain di Kabupaten Lombok Barat, yakni di Dusun Batu Butir, dan Pondok Pesantren Abu Abdillah Al-Islami di Dusun Medas. Kedua lokasi ini berada di Kecamatan Gunung Sari.
Penggalangan bantuan ini muncul spontan setelah gempa susulan berkekuatan Magnitudo 7,0 menghantam lagi Lombok pada Minggu, 5 Agustus pukul 19.46 Wita. Gempa ini memperpanjang daftar korban. Bangunan yang hanya retak saat gempa pada 29 Juli 2018 berkekuatan Magnitudo 6,4. Pada gempa berikutnya 5 Agustus 2018 mengalami rusak yang lebih parah, bahkan rata tanah.
Itu sebabnya, komunitas sepeda Kompas Bike pun tergerak hati untuk berempati kepada sesama di Lombok. Mereka mengumpulkan uang, kemudian dibelikan 650 sarung, 155 lembar selimut, ratusan buah sabun mandi, ratusan pempers untuk bayi, sikat dan odol gigi.
”Bantuan kami mungkin masih jauh dari kebutuhan korban gempa. Tapi, semoga bisa sedikit meringankan penderitaan yang dialami masyarakat di Lombok,” ujar Octovianus Noya, anggota komunitas Kompas Bike.
Hal senada juga dikatakan Tomi Pratomo, anggota lainnya. ”Sebagai sesama anak bangsa, kita sedang diuji untuk saling menolong dan saling menguatkan. ”Musibah gempa menjadi momentum untuk kita semakin merekatkan persaudaraan. Yang kami lakukan ini hanyalah salah satu bagian terkecil. Semoga memberi manfaat,” ujar Tomi.
Di Lombok Barat, ada empat kecamatan yang porak-poranda, yakni Lingsar, Batu Layar, Gunung Sari dan Gerung. Ada 46 orang tewas, 258 orang luka berat dan 701 orang luka ringan. Sekitar 266.691 orang menjadi korban gempa, dan 178.377 orang di antaranya masih tinggal di lokasi pengungsian.
Gempa Lombok yang beruntun selama hampir sebulan terakhir telah menimbulkan trauma yang besar di kalangan warga. Bahkan, ekonomi pun lumpuh karena nyaris tidak ada aktivitas yang produktif. ”Saking traumanya, kami belum berani ke kebun. Mau jadi buruh bangunan pun sekarang tidak ada kegiatan. Kami benar-benar tak punya uang,” kata Suhaimi (45), warga Dusun Batu Butir, Desa Kekait, Kecamatan Gunung Sari. Lombok Barat. Dia berharap bencana ini segera berlalu sehingga masyarakat pun bisa mulai bangkit dan beraktivitas normal kembali. (RUL/JAN)