MATARAM, KOMPAS Para siswa dan guru korban gempa di Lombok meminta kepastian penyelenggaraan sekolah darurat. Mereka sudah siap untuk memulai kegiatan belajar-mengajar di sekolah darurat.
”Sudah terlalu lama libur sekolah. Namun, kalau kegiatan belajar-mengajar harus kembali ke gedung yang rusak akibat gempa, kami masih trauma. Apalagi, gempa susulan masih kerap terjadi,” ujar Lalu Zulfikri, guru Bahasa Inggris di SMP Negeri Satu Atap 1 Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Jumat (24/8/2018).
Lalu Artam (16), siswa kelas XI MA Al-Hikmah Pemenang, mengaku mulai merasa bosan tinggal di tenda pengungsian tanpa ada kegiatan. ”Kalau di sekolah, kan, banyak teman,” ujarnya.
Siswa dan guru di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, juga membutuhkan kepastian mengenai penyelenggaraan sekolah darurat. Bahkan, masih banyak daerah yang belum terdapat tenda yang digunakan untuk sekolah darurat, seperti di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun. Abdul Maad (29), guru SDN 1 Sajang, mengatakan, masyarakat pernah dijanjikan tenda untuk sekolah darurat setelah gempa berkekuatan M 6,4 pada 29 Juli.
”Namun, sampai sekarang belum ada. Padahal, kami ingin segera memulai kegiatan belajar-mengajar. Anak-anak juga bertanya terus kapan bisa sekolah,” kata Abdul Maad.
Ia menambahkan, sekolah darurat diperlukan karena mereka belum berani menggunakan gedung SDN 1 Sajang. Meski tidak ambruk, dinding gedung pemisah antara satu kelas dan kelas lain sudah miring. Langit-langit setiap ruang kelas juga hampir lepas. ”Kalau dipaksakan memakai ruang kelas seperti itu, justru mengancam para guru dan siswa,” katanya.
Untuk kembali bersekolah, sebagian besar anak tidak lagi memiliki perlengkapan sekolah. ”Punya saya, seragam sekolah masih lengkap, tetapi peralatan lain tidak ada lagi. Habis tertimbun,” ujar Artam.
Zulfakarislami (9), siswa kelas III SDN 1 Pemenang, mengaku hanya memiliki tas. ”Seragam sekolah, buku, dan lainnya tertimbun reruntuhan rumah,” kata Zulfakarislami.
Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) NTB Minhajul Ngabidin mengakui kegiatan belajar belum normal. Namun, dia menyebutkan, pemerintah terus mengupayakan terlaksananya sekolah darurat bagi siswa terdampak gempa. (ZAK/JUM/SYA/RUL/ILO)