PALEMBANG, KOMPAS - Pemerintah masih terus mengevaluasi kinerja kereta ringan (light rail transit/LRT) di Palembang, Sumatera Selatan. Peristiwa mogoknya kereta yang telah tiga kali terjadi sejak pengoperasian dijadikan pedoman evaluasi. Sejumlah bagian kereta diperbaiki untuk penyempurnaan sebelum dioperasikan penuh pada 3 September mendatang.
”Sampai saat ini, tes komisioning (pengujian sebelum operasional) masih berlangsung,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat mengunjungi Palembang, Jumat (24/8/2018). Pengujian dilakukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus dibenahi seperti kebisingan, temperatur kereta yang tidak merata, persinyalan, sistem kelistrikan dan juga operasional sensor pintu. LRT tetap beroperasi seperti biasa, hanya jumlah penumpang umum dibatasi.
Budi mengatakan, proses uji coba sebenarnya membutuhkan waktu sekitar enam bulan. Hal itu diterapkan dalam proyek MRT di Jakarta. Namun, karena kebutuhan Asian Games dan antusiasme masyarakat Palembang yang sangat tinggi, dalam tiga bulan uji coba berjalan, kereta di Palembang sudah digunakan untuk mengangkut penumpang.
Uji coba berlangsung sejak 23 Mei. Dua bulan berikutnya LRT sudah dibuka untuk penumpang terbatas. Pada 1 Agustus, LRT dibuka untuk umum. Setelah dioperasikan untuk umum itu, kereta tiga kali mogok karena sejumlah masalah teknis.
Mogok pertama terjadi pada 1 Agustus 2018. Kereta berhenti lantaran sensor pintu kereta yang terlalu sensitif. Selanjutnya, pada 10 Agustus, kereta berhenti karena masalah persinyalan.
Lalu, pada 12 Agustus, LRT berhenti mendadak lagi di antara Stasiun Polresta Palembang dan Stasiun Jakabaring. Sistem kelistrikan kereta mati total sekitar 1 jam dan para penumpang dievakuasi melalui jalan darurat (walk way)yang berada di pinggir rel.
Untuk kasus terakhir, LRT berhenti mendadak karena lepasnya kabel current collector device (CCD). Hal ini membuat asupan listrik dari rel ketiga(third rail)terhambat dan membuat sistem pengoperasian kereta mati total.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Zulfikri mengakui bahwa sewaktu LRT mengalami masalah teknis dan tiba-tiba berhenti, kereta itu masih dalam tahap tes komisioning. Namun, pembenahan segera dilakukan sehingga kekurangan yang ada dapat diminimalisasi. Pembatasan penumpang dilakukan agar ada waktu bagi pihak terkait melakukan tes. ”Kami berharap pada Oktober nanti komisioning bisa diselesaikan dan LRT tidak mengalami masalah lagi,” ujarnya.
Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Wahyu Widodo Pandoe menerangkan pihaknya akan mengevaluasi hal teknis yang ada di LRT Palembang. Bahkan, kemungkinan akan dilakukan perubahan rancangan pada LRT Palembang. ”Tidak hanya di Palembang, perubahan rancangan kereta juga akan diterapkan di Jakarta,” katanya.
Dalam proses pemeriksaan kembali, ujar Wahyu, pihaknya juga melibatkan sejumlah akademisi untuk memantau kekurangan apa yang masih ada pada LRT Palembang.
Budi menerangkan hasil evaluasi juga akan digunakan untuk pengembangan konten lokal pada kereta LRT. Saat ini konten lokal di LRT Palembang baru 30 persen. Dengan evaluasi saat ini penggunaan konten lokal bisa ditingkatkan menjadi 40 persen hingga 50 persen. (RAM)