SAMOSIR, KOMPAS – Pesan menjaga lingkungan Danau Toba dan menjaga kebudayaan terasa dalam Samosir Music Internasional di Open Stage Tuktuk Siadong, Samosir, Sumatera Utara, Sabtu (25/8/2018) malam. Lewat lagu Batak Suan yang dibawakan Viky Sianipar Band, Viky mengajak semua orang menanam pohon, menjaga hutan, dan menjaga satwa di kawasan Danau Toba.
Langkah itu dilakukan agar Danau Toba tetap menjadi rumah bagi satwa- satwa. “Terkutuklah mereka yang menebangi pohon,” kata Viky.
Viky Sianipar Band malam itu tampil bersama dua vokalisnya yaitu Louise Sitanggang dan Alsant Nababan. Mereka membawakan 12 lagu. Meskipun terlahir di Jakarta dan besar di Papua, Louise tetap mencintai kebudayaan Batak lewat kecintaannya pada lagu-lagu Batak. Penampilan Louise menyatu dengan lagunya dengan mengenakan ulos yang dililitkan di pinggangnya melengkapi baju berbahan brokat hitam dan rok merah.
Selain membawakan lagu Suan, Viky Sianpiar bersama Louis dan Alsant juga membawakan lagu andalan mereka seperti Aut Boi Nian, Kancang Koro, dan Rege Tumba.
Selain Viky Sianipar, konser itu juga menghadirkan artis dari Austria yang selama ini sudah sering membawakan lagu Batak yakni Hermann Delago, Nadine Beiler, dan Kanto. Konser dihadiri sekitar 15.000 penonton yang memadati lapangan dan tribun di depan panggung Open Stage Tuktuk Siadong, di tepi Danau Toba. Di bawah sinar bulan purnama dan semilir angin dari Danau Toba, Hermann dan Viky mengaduk-aduk perasaan para penonton dengan lagu gembira, sedih, dan haru.
Viky dan Hermann begitu menyatu dengan para penonton dengan komunikasi dan pesan-pesan yang disampaiakan di sela-sela lagu.
Hermann Delago bersama para artis Austria malam itu tampil lebih dulu dari Viky. Hermann membuka panggung dengan alat musik tiup Batak sarune dipadu dengan sulim. Nada-nada itu membawa suasana panggung menjadi haru. Secara tidak terduga, vokalis Nadine Beiler menyambut melodi sarune dan hasapi itu dengan lagu dalam film Titanic, My Heart Will Go On. “Mari kita mengenang saudara kita yang tenggelam bersama KM Sinar Bangun di Danau Toba,” kata Hermann.
Suasana haru itu kemudian pecah oleh dentuman-dentuman alat musik yang mengiringi lagu Horas Bangso Batak. Para penonton diajak bergembira, manortor (menari tortor), dan berjoget dengan membawakan 15 lagu di bawah sinar bulan Purnama yang malam itu memberi kesan sangat romantis.
Hermann juga membawakan lagu cinta berbahasa Batak yang kini sedang populer yakni Mardua Holong. Sontak suara para penonton menyatu menyanyikan lagu yag dipopulerkan Omega Trio yang menceritakan kisah kekasih yang mendua.
Momentum pariwisata
Direktur Badan Pelaksana Otorita Danau Toba Arie Prasetyo, Bupati Samosir Rapidin Simbolon, Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, Wakil Bupati Simalungun Amran Sinaga, Ketua Komite II DPRD RI Parlindungan Purba, malam itu juga hadir di tengah para penonton. “Ini konser yang keempat kalinya dan menjadi salah satu event pariwisata andalan Samosir,” kata Rapidin.
Arie mengatakan, Samosir Music Internasional menjadi momentum untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke kawasan Danau Toba. Ia berharap, event rutin seperti itu bisa dilaksanakan di sejumlah kabupaten di Danau Toba.