SURABAYA, KOMPAS — Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, kembali meluncurkan dua mobil buatan mahasiswa untuk berlaga di Student Formula Japan 2018. Dua mobil formula itu akan berlaga di Shizuoka, Jepang, pada 2-11 September mendatang.
Dalam ajang balap mobil kelas internasional itu, tim Sapuangin akan mewakili Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada kategori Internal Combustion Vehicle (berbahan bakar bensin) dengan mobil formula terbarunya, Sapuangin Speed 6. Adapun pada kategori mobil listrik akan diwakili oleh ITS Formula Electric Team dengan mobil formula listrik bernama Carstensz.
Peluncuran perdana untuk mobil listrik Carstensz pada Minggu (26/8/2018) sekaligus menjadi ajang perdana bagi mobil berbahan listrik yang memakan riset selama dua tahun ini. Pembina ITS Formula Electric Team, Alief Wikarta, mengemukakan, mobil formula dengan dominasi warna oranye ini hasil karya mahasiswa dari berbagai departemen di ITS.
Meskipun terbilang baru, Alief mengatakan, mobil formula itu telah menggunakan teknologi monokok sesuai dengan standar mobil formula internasional. ”Antara pipa dan tubuh mobil menyatu sehingga mobil lebih ringan dan, jika terjadi kerusakan, risiko mencelakai pengemudi dapat diminimalkan,” kata dosen Teknik Mesin ini.
Selain itu, Alief menambahkan, penerapan teknologi ini adalah yang pertama di Indonesia. Carstensz dapat menempuh jarak 98 kilometer per jam dengan kapasitas penyimpanan energi 100 V dan menggunakan baterai lithium ion prismatic cell.
Dengan berat 210 kilogram dan berbahan carbon fiber, Alief yakin, Carstensz siap berkompetisi di Jepang pada 2-11 September 2018. ”Meski perlombaan pertama, kami tetap totalitas dan memberikan yang terbaik,” ujarnya.
Sementara itu, tim ITS Sapuangin telah melakukan berbagai persiapan untuk laga keenam mereka di kompetisi ini. General Manager Tim ITS Sapuangin Rafi Rasyad menuturkan, berbagai evaluasi dan riset dari Student Formula Japan 2017 telah melahirkan Sapuangin Speed (SAS) 6 ini. ”Paling penting di sisi maneuverability-nya kemarin vehicle dynamic-nya kurang; untuk SAS 6 ini sudah lebih prima dengan beberapa tambahan,” ujar Rafi.
Paling penting di sisi maneuverability-nya kemarin vehicle dynamic-nya kurang; untuk SAS 6 ini sudah lebih prima dengan beberapa tambahan.
Mobil formula ini menggunakan mesin Kawasaki ZX600 kapasitas 600 cc, SAS 6 dipersiapkan untuk menghadapi sirkuit statis dan dinamik Ogasayama Sports Park, Shizuoka Prefecture, mendatang. ”Test drive dilakukan setiap dua minggu sekali, lintasan sirkuit juga kami buat seperti di Jepang untuk memudahkan pengemudi,” ujar Rafi. Tim Sapuangin menjuarai Shell Eco Marathon Asia 2018 dan Drivers’ World Championship 2018.
Target tim ITS Sapuangin kali ini adalah dapat membawa pulang penghargaan Jama Chairman Award. Tingkat kesulitan yang akan dihadapinya lebih kompleks karena berbeda dengan perlombaan yang diikuti Sapuangin sebelumnya di Shell Eco Marathon dan mobil dituntut finis terdepan.
Namun, menurut Rafi, pada perlombaan di Jepang, penilaian meliputi seluruh aspek mobil. Jadi, untuk mendapatkan penghargaan itu, harus menyelesaikan static dan dynamic event serta tingkat ketahanan mobil akan sangat diuji.
Ditanya soal persiapan, mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2014 ini mengaku persiapan timnya saat ini sudah mencapai 85 persen. Sisa lebih dari 15 persen ke arah nonteknis, seperti pengiriman mobil yang akan menggunakan kargo udara.
Student Formula Japan (SJF) sendiri adalah ajang balap mobil tahunan besutan Society of Automotive Engineers of Japan (JSAE) yang melombakan mobil balap dari banyak negara di dunia untuk berkompetisi. Tidak hanya soal kecepatan, mobil juga dituntut memiliki maneuverability, ketahanan, kesesuaian dengan rancangan awal, harga pembuatan yang terjangkau, hingga strategi pemasaran yang terbaik.