Labuhan Bajo Terdampak
Wisatawan mengalihkan kunjungan dari Lombok ke Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Sebulan terakhir, jumlah wisatawan naik.
LABUAN BAJO, KOMPAS - Jumlah wisatawan ke Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, pada Agustus 2018 meningkat dibandingkan Juli 2018. Peningkatan diduga akibat dampak gempa tektonik di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Turis mancanegara memilih tempat yang aman untuk berlibur. Hanya, sejauh ini Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) belum memanfaatkan kesempatan itu untuk menarik wisatawan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Manggarai Barat, NTT, Theresia Osman yang dihubungi di Labuan Bajo, Minggu (26/8/2018), mengatakan, selama 1-25 Agustus 2018, jumlah wisatawan mancanegara yang tercatat masuk ke Taman Nasional Komodo 14.235 orang atau naik hampir 100 persen dibandingkan jumlah wisatawan pada Juli 2018 yang mencapai 7.282 orang. ”Sampai akhir Agustus, jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Taman Nasional Komodo diprediksi sampai 15.000 orang,” kata Theresia.
Jumlah ini belum termasuk obyek wisata lain di Manggarai Barat, seperti Goa Alam Batu Cermin di Kecamatan Komodo, Air Terjun Cunca Wulang di Kecamatan Sano Nggoang, dan Goa Alam Istana Ular di Kecamatan Welac. Jumlah pengunjung ke obyek-obyek wisata ini cukup tinggi, tetapi belum ada laporan tertulisnya.
Jika dibandingkan periode yang sama tahun 2017, jumlah wisatawan mancanegara pada Agustus 2017 sebanyak 6.212 orang, sedangkan pada Juli 2017 sebanyak 6.021 orang.
Theresia mengatakan, kondisi Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang tidak nyaman akibat gempa tektonik sejak 5 Agustus 2018 dan terus berlanjut sampai saat ini menyebabkan wisatawan asing memilih berkunjung ke tempat yang aman. Dua lokasi yang dinilai aman dan berdekatan dengan Lombok adalah Denpasar, Bali, dan Labuan Bajo, NTT.
Menurut Theresia, secara kasatmata jumlah turis mancanegara di Labuan Bajo selama Agustus mengalami kenaikan cukup signifikan. Mereka memadati sejumlah arena di Labuan Bajo dan sekitarnya, seperti Bandara Komodo, pusat kuliner, restoran, penginapan, pusat hiburan, dan jalan.
Turis asing yang selama ini mengambil rute wisata dari Bali ke Lombok atau sebaliknya beralih dari Bali ke Labuan Bajo atau sebaliknya dari Labuan Bajo ke Bali. Mereka tidak mengunjungi Lombok, NTB, karena masih menunggu situasi di sana benar-benar aman dari gempa.
Mery Jeane (45), turis asal Inggris yang ditemui di salah satu penginapan di Ruteng, pekan lalu, mengatakan, paket perjalanan bersama lima rekannya ke Indonesia sebenarnya bertujuan ke Bali, Lombok, dan Labuan Bajo. Namun, ketika tiba di Denpasar, 25 Juli, dan siap menuju Lombok, 6 Agustus, terjadi gempa di Lombok. Mereka pun membatalkan perjalanan ke Lombok.
”Sebagai ganti Lombok, kami memilih ke Ende, Bajawa, dan Ruteng, kemudian menuju Labuan Bajo. Tiap daerah memiliki keunikan sendiri, tetapi kami penasaran, suatu saat kami pasti datang melihat Lombok. Besok, kami melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo lewat darat. Sampai akhir Agustus kami di Labuan Bajo dan sekitarnya,” tutur Jeane.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) NTT Abed Frans mengatakan, dampak gempa Lombok bagi pariwisata di NTT cukup tinggi. Hal ini terbukti dari meningkatnya jumlah paket wisata yang diperoleh pelaku wisata di sejumlah daerah di NTT, terutama di daratan Flores dan Sumba, dibandingkan pada bulan Juli atau sebelum gempa terjadi. Hanya, belum ada laporan resmi dari semua pelaku wisata di 22 kabupaten/kota di NTT.
”Kejadian di Lombok belum dimanfaatkan pemprov dan pemkab/pemkot di NTT untuk menarik wisatawan asing ke NTT. Sebenarnya bisa digelar berbagai kegiatan seni dan budaya yang lebih spektakuler untuk menarik wisatawan ke NTT,” katanya.
General Manager Hotel Jayakarta Labuan Bajo Indri Dacosta mengatakan, setelah gempa Lombok, hotel-hotel di Labuan Bajo, termasuk Jayakarta, dipenuhi turis mancanegara. Hampir 50 persen tamu Hotel Jayakarta adalah turis mancanegara yang batal datang dari Lombok. Bahkan, tingkat okupansi Hotel Jayakarta beberapa hari terakhir tinggi.
”Tamu hotel ini justru kebanyakan turis asing. Tamu lokal sangat sedikit. Kamar kami fully booked sudah hampir satu bulan terakhir. Tamu asing tahun ini lebih banyak dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan sekitar 40 persen,” kata Indri. (KOR)