SURABAYA, KOMPAS – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur berencana menutup sementara pendakian ke Gunung Ijen di Bulan September. Hal itu dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan di kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen sekaligus untuk menyiapkan fasilitas jelang Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia Oktober mendatang.
Kawah Gunung Ijen merupakan salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan dari dalam maupun luar negeri melalui Kabupaten Banyuwangi maupun Bondowoso, Jawa Timur. Destinasi tersebut menjadi salah satu destinasi yang masuk dalam materi promosi Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia sehingga berpotensi dikunjungi oleh delegasi peserta pertemuan keuangan terbesar dunia itu.
Rencana penutupan sementara pendakian Gunung Ijen disampaikan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur melalui surat yang ditujukan kepada Bupati Banyuwangi dan Bupati Bondowoso. Pemberitahuan tersebut disampaikan oleh Kepala BBKSDA Jawa Timur Nandang Prihadi dalam surat bertanggal 21 Agustus.
“Pendakian ke Gunung Ijen rencananya akan ditutup selama 28 hari pada tanggal 3 hingga 30 September 2018. Hal ini dilakukan untuk melakukan pengamanan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Ijen dari bahaya kebakaran hutan dan lahan sekaligus peningkatan kualitas sarana dan prasarana jelang Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia,” tutur Nandang ketika dihubungi dari Surabaya, Senin (27/8/2018).
Nandang menjelaskan, pada bulan Agustus dan September merupakan puncak kerawanan kebakaran hutan di TWA Gunung Ijen. Guna mencegah kebakaran hutan dan lahan tersebut, BBKSDA Jawa Timur melakukan pembatasan kunjugan ke TWA Gunung Ijen.
Adapun peningkatan kualitas sarana dan prasarana yang dilakukan untuk mendukung Pertemuan Tahunan IMF Bank Dunia ialah perbaikan jalur pendakian, pembangunan instalasi jaringan air bersih, dan pembangunan pos pengendailan kebakaran hutan dan embung. Selain itu, BBKSDA Jawa Timur juga membangun sejumlah sarana wisata berupa miniatur Kawah Ijen, petunjuk lokasi (tetenger) dan lokasi penjualan souvenir dan jajanan.
“Pembangunan tetenger, miniatur kawah serta pusat jajanan dan oleh-oleh di lakukan di Paltuding. Selain itu, di sana juga akan dilakukan pembangunan BTS (Base Transciver Station) dan pemasangan jaringan listrik dari PLN,” kata Nandang.
Rencana penutupan tersebut dibenarkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi Yanuarto Bramuda. Selama ini Ijen masih menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi.
“Sejauh ini, BBKSDA Jawa Timur baru mengajukan pemberitahunan rencana penutupan. Bukan berarti pada tanggal 3 hingga 30 September pendakian pasti ditutup. Bisa jadi hanya pembatasan pendakian,” ujarnya.
Bramuda mengatakan, bulan Juli-September merupakan musim liburan bagi wisatawan mancanegara. Bila biasanya dalam sebulan rata-rata ada 700 wisatawan mancanegara, maka dalam bulan tersebut rata-rata wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Gunung Ijen dapat mencapai 1.000 orang per bulan.
Kendati demikian Bramuda optimistis, Banyuwangi tidak akan kehilangan wisatawan bila nantinya pendakian di Gunung Ijen ditutup. Dinas Pariwisata Banyuwangi, saat ini tengah menyiapkan paket-paket wisata yang bisa dijadikan alternatif saat pendakian Gunung Ijen ditutup.
“Tak bisa dipungkiri, Gunung Ijen masih menjadi primadona wisatawan. Namun, perlu diingat, pariwisata di Banyuwangi tidak hanya Gunung Ijen. Kami masih memiliki, Taman Nasional Alas Purwo, penangkaran penyu di Sukamade, Pantai Plengkung, Bangsring Underwater dan masih banyak lainnya,” ujarnya.
Bramuda juga mengimbau kepada agen perjalanan untuk menyiapkan alternatif kunjungan wisata bila nantinya rencana penutupan tersebut benar-benar dilaksanakan. Ia juga meminta agar agen perjalanan melakukan komunikasi dengan para wisatawan. Hal itu diperlukan agar wisatawan mendapat informasi sebelum datang ke Banyuwangi, sehingga mereka tidak merasa dibohongi lalu kecewa hingga tidak mau berkunjung ke Banyuwangi.
Rahmat Yulianto salah satu agen perjalanan wisata di Banyuwangi mengaku belum mengetahui rencana penutupan pendakian Gunung Ijen. Ia menyayangkan bila rencana tersebut benar-benar dilakukan. Menurutnya hal itu akan berpengaruh pada pemasukan agen perjalanan wisata maupun penyedia jasa rental mobil.
“Dalam seminggu, saya bisa mengantar tamu ke Gunung Ijen hingga empat kali. Setiap Sabtu-Minggu, pasti ada tamu yang meminta diantar ke Gunung Ijen. Kalau pendakian ditutup, kami khawatir tamu yang datang ke Banyuwangi berkurang,” ujar dia.
Bila nantinya pendakian Gunung Ijen ditutup, ia memprediksi penghasilan agen wisata bisa berkurang hingga 50 persen. Ia mencontohkan, rental mobil beserta sopir dan bahan bakar per hari dihargai Rp 700.000. Bila dalam satu minggu, ia mengantar tamu empat hari maka ia mengantongi Rp 7,2 juta per bulan setelah dipotong untuk pemilik mobil.
Hal serupa pernah ia rasakan saat pendakian di Gunung Ijen ditutup akibat paparan gas beracun. Peristiwa tersebut terjadi akhir Maret 2018 lalu. Ia berharap penutupan tidak dilakukan selama September. “Kalaupun harus dilakukan, lebih baik diterapkan pembatasan jumlah pendaki,” harapnya.