MATARAM, KOMPAS Produksi bawang putih di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, terancam tidak maksimal karena kekurangan air. Pasokan air menurun menyusul rusaknya bak penampungan air irigasi dan instalasi pipa yang mengairi areal pertanaman bawang putih varietas nasional Sangga Sembalun akibat gempa Lombok yang terjadi beruntun.
”Jika kebutuhan air tidak tercukupi, petani akan memanen bawang putih lebih awal sebelum mencapai umur teknis. Dengan demikian, produksi tidak akan maksimal,” ujar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian Pending Dadih Permana, Rabu (29/8/2018), di Mataram, setelah menyaksikan areal tanaman bawang putih di Kecamatan Sembalun.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur M Zaini, dari 600 hektar areal tanam bawang putih di Sembalun, area tanam seluas 300 hektar sudah mulai panen. Bawang putih itu ditanam pada Mei lalu dengan masa tanam-petik selama 100-110 hari.
Sementara di areal 300 hektar sisanya, bawang baru ditanam awal Agustus atau terlambat dua bulan. Penanaman terlambat karena petani terlambat menerima bibit bawang putih. Adapun kebutuhan bibit untuk areal 600 hektar mencapai 1.052 ton dengan produktivitas 15 ton bawang basah per hektar.
Minardi (50), Ketua Kelompok Tani Horsela, Desa Sembalun Lawang, mengatakan, selama ini mata air Propok dan embung Rantai Mas menjadi sumber irigasi utama sebagian besar tanaman bawang putih. Air dialirkan melalui pipa ke bak penampung. Dari bak penampung, air didistribusikan ke areal penanaman juga menggunakan pipa.
Namun, gempa beruntun yang melanda Pulau Lombok telah membuat bak penampung itu ambruk dan jaringan pipa tertimbun tanah longsor. Akibatnya, sarana irigasi itu tidak berfungsi lagi. Padahal, 300 hektar tanaman bawang putih yang ditaman pada Agustus memerlukan air untuk pertumbuhan tunas dan pembentukan umbi selama September-Oktober.
”Kami juga khawatir, tanah beberapa bukit yang longsor akan tergerus air saat musim hujan, lalu menutupi permukaan sawah. Memerlukan biaya dan tenaga untuk mengeruk tanah yang menutupi sawah itu,” ujar Minardi.
Dirjen PSP mengatakan, untuk menyelamatkan tanaman bawang putih itu, pihaknya membangun sumur gali dan sumur bor di 20 titik seputar areal pertanaman. Air didapat pada kedalaman 6-15 meter. Air dari sumur itu lalu diangkat dengan mesin ke tandon kemudian didistribusikan melalui pipa ke areal tanam. ”Saat ini kami sedang memantau lokasi sumur gali dan sumur bor sekaligus menghitung biaya penggaliannya. Saya minta penggalian selesai awal September ini sehingga tanaman cepat tertangani,” kata Pending. Dana pengadaan sarana irigasi itu bersumber dari program Padat Karya Rehabilitasi, Sarana, dan Prasarana Irigasi Kementerian Pertanian.
Kecamatan Sembalun adalah sentra bibit bawang putih yang dikembangkan untuk mendukung swasembada bibit putih nasional tahun 2019. Sejak Januari 2018, pemerintah membantu pengelolaan bawang dari hulu ke hilir. Petani mendapat bantuan benih dan pengembangan areal tanam. Petani juga diberi subsidi pembangunan embung untuk irigasi. Sementara seluruh produksi dibeli oleh BUMN yang ditunjuk, sesuai harga berlaku.
(RUL/JUM/ZAK)