TARAKAN, KOMPAS — Embung Bengawan, yang selama ini menjadi cadangan air baku PDAM Tarakan, Kalimantan Utara, akhirnya digunakan untuk pertama kalinya. Dua embung utama mengering karena tidak terguyur hujan deras hampir sebulan, sedangkan airnya terus diambil. Hujan deras diharapkan segera turun.
Said Usman Assegaf, Direktur Utama PDAM Tirta Alam, Kota Tarakan, Kamis (30/8/2018), mengutarakan, Embung Bengawan di Juata Kerikil, Tarakan, ini selesai dibangun tahun 2016. Namun, embung berkapasitas 145.000 meter kubik ini belum pernah diambil airnya sebagai sumber air baku PDAM.
Selama ini, hujan senantiasa turun sepanjang waktu di Kota Tarakan. Pengambilan air masih bisa dipenuhi dari dua embung utama, yakni Embung Persemaian dan Embung Binalatung. Namun, hampir sebulan Tarakan tidak terguyur hujan deras. Hanya ada hujan rintik-rintik yang itu pun turun di kawasan perkotaan.
Embung Persemaian yang berkapasitas 115.000 meter kubik sudah mengering. Sementara Embung Binalatung yang berkapasitas 400.000 meter kubik kini kapasitasnya sudah di bawah 10 persen. Diestimasi hanya tinggal beberapa hari lagi Binalatung benar-benar kering. Ketiga embung itu semuanya tadah hujan.
Persiapan memompa air dari Embung Bengawan awalnya terkendala genset karena belum ada listrik. Setelah genset ada juga tidak bisa maksimal. ”Genset kami yang berdaya besar, yakni 250 kilovolt, kami hidupkan hanya enam jam sehari karena alasan keamanan. Sebab, masih uji coba mesin (genset) baru,” ujar Usman.
Artinya, dari kemampuan 80 liter per detik, saat ini hanya bisa mencapai 80 persen. Itu pun, menurut Usman, kawasan perbukitan tidak mendapat air, terutama sejak dua pekan lalu. Seperti diketahui, lebih dari separuh wilayah Kota Tarakan termasuk perbukitan.
Saat ini ada 258.000 pelanggan PDAM Tirta Alam Tarakan. Lebih dari separuhnya sudah tidak lagi mendapat aliran air PDAM di rumah. Iman, warga Tarakan, semakin waswas. ”Berhari-hari tidak mengalir. Yang masih bisa dapat air juga tidak penuh (24 jam),” kata karyawan swasta itu.
PDAM Tirta Alam Tarakan hanya mengandalkan tiga embung tadah hujan tersebut. Jika hujan deras sepanjang waktu, sebenarnya tidak ada masalah. Ternyata hampir sebulan terakhir Tarakan tidak terguyur hujan deras yang jatuh di kawasan embung.
”Tidak ada dukungan sumur bor (untuk mengambil air tanah). Tarakan ini, kan, bagian bawahnya ada kandungan minyak sehingga berisiko jika mengebor tanah. Jadi, ya, hanya berharap hujan deras secepatnya turun dan turunnya di embung, bukan di perkotaan atau laut,” ujar Usman.
Kepala Bagaian Humas Pemerintah Kota Tarakan Anugrah Yega juga hanya bisa berharap hujan deras turun secepatnya. ”Kalau dibilang tidak hujan, ya, ada saja hujan yang turun di seluruh Tarakan ini. Tetapi enggak deras dan ternyata enggak masuk ke embung,” kata Anugrah.