PALEMBANG, KOMPAS - Pembangunan depo kereta ringan atau LRT di Palembang, Sumatera Selatan, ditargetkan selesai pada akhir tahun 2018. Saat pembangunan selesai, depo akan dilengkapi berbagai peralatan untuk merawat kereta ringan.
Project Manager LRT Sumatera Selatan Masudi Jauhari di Palembang, Kamis (30/8/2018), mengatakan, pembangunan depo sudah selesai sekitar 90 persen. Namun, penyelesaian pembangunan harus menunggu pemesanan dan pemasangan peralatan perawatan kereta ringan yang membutuhkan waktu cukup lama. Pemesanan bisa membutuhkan waktu sembilan bulan karena harus dipesan khusus.
Depo dibangun sejak Oktober 2015 dengan nilai kontrak Rp 10,9 miliar. Karena saat ini belum memiliki peralatan perawatan, kereta ringan masih dirawat di depo milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) di Palembang.
Adapun kereta ringan sudah beroperasi sejak Juli 2018 dengan panjang rel 23,4 kilometer menghubungkan pusat kota dengan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang. Saat ini, jumlah rangkaian kereta ringan yang beroperasi sebanyak lima unit. Selain itu, terdapat juga satu rangkaian cadangan dan satu rangkaian lain dalam perbaikan. Setiap rangkaian terdiri dari tiga gerbong. Setiap gerbong bisa mengangkut 160 penumpang. Jika sudah selesai dibangun, depo bisa merawat hingga 16 rangkaian.
”Ke depan, LRT akan ditambah dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kalau depo sudah selesai dibangun, pemeliharaan LRT akan optimal,” ujar Masudi.
Pada hari biasa, kereta ringan beroperasi pada pukul 05.30 hingga 18.00. Namun, selama Asian Games 2018 berlangsung, kereta beroperasi hingga larut malam. ”Bisa sampai pukul 22.00, bahkan pukul 23.00, karena harus membawa para atlet. Jam beroperasi LRT kembali normal setelah Asian Games 2018 usai,” ujarnya.
Menurut Masudi, enam stasiun kereta ringan sudah dioperasikan. Jumlah itu direncanakan bertambah menjadi 11 stasiun pada akhir September 2018.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, kereta ringan di Palembang sudah beroperasi dengan lancar. ”Namun, depo LRT belum selesai. Untung PT KAI punya depo (di Palembang). Meski deponya sudah cukup lama, tetapi tetap bisa dimanfaatkan,” ujarnya.
Studi banding
Rini mengatakan, kereta ringan bisa dioperasikan berkat kecakapan insinyur-insinyur Indonesia yang terus belajar tentang LRT. ”Mereka studi banding ke Eropa dan China. Banyak juga insinyur yang menjalani pelatihan. Mereka benar-benar belajar,” ujarnya.
Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Zakky Gamal Yasin mengatakan, pihaknya telah menerapkan sistem yang mereka bangun untuk mengoperasikan kereta ringan di Palembang. ”Sistem itu diterapkan pertama kali di Indonesia dan kami terus menyempurnakannya,” ucapnya.
Sistem itu membuat kereta ringan berinteraksi dengan rel dan stasiun. Jika terjadi gangguan, persinyalan dapat mengirimkan perintah sehingga kereta ringan berhenti. ”Babak baru teknologi perkeretaapian sedang terjadi di Indonesia,” kata Zakky.(BAY)