Tiga Bulan Pariwisata Pulih
Sektor pariwisata setelah gempa Lombok ditargetkan pulih dalam tiga bulan. Saat ini sejumlah kawasan wisata mulai menggeliat meski masih lesu. Wisatawan pun mulai datang.
LOMBOK UTARA, KOMPAS Pemulihan sektor pariwisata setelah gempa di Nusa Tenggara Barat ditargetkan selesai dalam waktu tiga bulan. Pemulihan harus lebih cepat dari rehabilitasi menyeluruh agar roda perekonomian berjalan dan tidak menimbulkan masalah sosial baru.
Menteri Pariwisata Arief Yahya seusai meninjau dampak gempa di Gili Trawangan, Lombok Utara, Kamis (30/8/2018), mengatakan, pemerintah mengupayakan rehabilitasi Lombok secara menyeluruh setelah gempa selesai dalam waktu enam bulan. ”Untuk pariwisata, saya minta pulih dalam waktu tiga bulan. Tahun ini harus selesai sehingga 1 Januari 2019 pariwisata di NTB sepenuhnya pulih,” katanya.
Pemulihan sektor pariwisata, menurut Arief, diprioritaskan pada tiga hal, yakni pemulihan kondisi psikis masyarakat dan pelaku industri yang trauma akibat gempa, pemulihan infrastruktur dan destinasi wisata yang rusak akibat gempa, serta promosi dan pemasaran.
”Pengalaman di Bali, industri tidak kuat jika tidak beroperasi selama tiga bulan. Penyebabnya, mereka harus tetap membayar gaji dan ongkos lain. Kalau tidak ada pemasukan, industri pariwisata akan lumpuh dan pekerja kehilangan pekerjaan. Itu tak boleh terjadi,” ujarnya.
Pemulihan pariwisata di NTB dimulai dari tiga gili, yaitu Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air, di Lombok Utara. Selanjutnya, bergeser ke Senggigi di Lombok Barat hingga ke Pulau Sumbawa. Pemulihan melibatkan unsur TNI dan Polri.
Selama masa pemulihan, kata Arief, promosi tetap dilakukan, terutama untuk destinasi wisata yang tidak terdampak gempa, misalnya kawasan Mandalika, Lombok Tengah. Kawasan terdampak gempa yang sudah pulih dan siap juga akan dipromosikan supaya pariwisata tidak mati. ”Untuk promosi, kami alokasikan anggaran Rp 20 miliar,” ujarnya.
Mulai bergerak
Tiga minggu setelah gempa berkekuatan Magnitudo 7,0 yang mengguncang Lombok pada Minggu (5/8), kegiatan pariwisata di Lombok mulai bergerak meski masih lesu.
Meski belum ramai, kapal penyeberangan umum dari Pelabuhan Bangsal menuju Gili Trawangan telah beroperasi. Demikian juga toko-toko penjual makanan dan tempat parkir. ”Saya sebenarnya sudah buka tiga hari setelah gempa. Saat itu, sepeda motor yang dititip 15 unit. Sekarang, sudah 150-200 sepeda motor,” kata Kiagus Saharudin (55), pemilik Ojolali Parkir.
Selain karyawan yang bekerja di Gili Trawangan, pengguna kapal penyeberangan adalah wisatawan lokal dan mancanegara. Meski Gili Trawangan dalam pemulihan setelah gempa, tidak menghalangi wisatawan menikmati salah satu obyek wisata unggulan Lombok Utara. Wisatawan keliling pulau dengan jalan kaki, naik cidomo, atau sepeda.
Aktivitas pariwisata di kawasan Senggigi mulai menggeliat. Warung-warung milik warga, kafe,pub, dan minimarket semakin banyak yang buka. Wisatawan asing juga mulai ada di jalur pedestrian.
”Sebelum kami berangkat, orang-orang mengingatkan agar hati-hati ke Lombok karena belum aman. Ternyata, kami merasa aman. Semua orang di Lombok bersikap baik. Jadi, tidak perlu takut untuk ke Lombok. Kedatangan kami juga bagian dari membantu Lombok untuk bangkit kembali,” kata Alberto dan Eunish, pasangan asal Spanyol yang ditemui di Trawangan. Beberapa hari sebelumnya, mereka mengunjungi Mandalika dan Senggigi.
Meski belum sepenuhnya pulih, bergeraknya kembali pariwisata di Lombok disambut positif oleh para pelaku wisata, seperti pengusaha hotel dan resor. Apalagi setelah banyak pembatalan, mereka mulai menerima tamu lagi.
Manajer Scallywags Resort di Gili Terawangan dan Gili Air Nyoman Suastawa mengatakan, per 1 September 2018 mereka akan beroperasi kembali. Namun, karena resor di Gili Terawangan rusak, mereka menggunakan resor di Gili Air. ”Tanggal 3 September ada dua kamar yang sudah dipesan. Sementara pada 8-9 September ada lima kamar yang dipesan tamu dari luar negeri,” kata Suastawa.
Menurut Suastawa, meski pelan, dia optimistis pariwisata Lombok akan segera pulih. Dia berharap semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, daerah, pelaku pariwisata, dan masyarakat, sama-sama bergerak.
BUMN bangun fasos
Pada hari yang sama, di Bogor, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan, pemerintah mulai membangun fasilitas umum dan sosial di NTB, di antaranya puskesmas, rumah sakit, pasar, masjid, dan sekolah.
Pengerjaan dilakukan tujuh badan usaha milik negara (BUMN) karya yang ditunjuk pemerintah. Pengawasan dilakukan empat konsultan. Untuk mengawal tahap pemulihan, kata Basuki, Presiden Joko Widodo akan berkunjung ke NTB.
Tentang pembangunan rumah warga, Basuki melanjutkan, Kementerian PUPR mengirim calon pegawai negeri sipil (CPNS) insinyur. Kamis, 200 insinyur berangkat. Jumat, 300 insinyur akan menyusul. Setiap tim terdiri dari 1 tentara, 3 CPNS insinyur, dan 5 mahasiswa yang akan mendampingi pembangunan 100 rumah. Tim mendapat pelatihan pembangunan rumah tahan gempa. (JUM/ZAK/RUL/LAS)