Gantikan Genset, Instalasi Listrik Mulai Dipasang di Embung Bengawan Tarakan
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·2 menit baca
TARAKAN, KOMPAS -- Lima hari setelah diambil airnya untuk pertama kali, Embung Bengawan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, mulai dilengkapi instalasi listrik. Senin (3/9/2018), tiang-tiang listrik dipasang, dan listrik diharapkan sudah mengalir pekan depan. Embung cadangan air baku PDAM itu diandalkan selama dua pekan, setelah dua embung lainnya mengering.
“Sudah mulai dipasang tiang-tiang listriknya, hari (Senin) ini. Kami berharap dalam waktu sepekan, listrik sudah bisa dialirkan, karena enggak mungkin memakai genset terus. Genset mestinya untuk cadangan,” ujar Said Usman Assegaf, Direktur PDAM Tirta Alam, Tarakan, Senin petang.
Embung Bengawan, embung cadangan air baku PDAM Tarakan, dan tidak pernah digunakan ini, akhirnya digunakan untuk pertama kalinya pekan lalu. Ini setelah dua embung utama, yakni Embung Persemaian dan Binalatung, mengering.
Dua embung tadah hujan itu tidak terisi air karena Tarakan tidak terguyur hujan deras hampir sebulan. Sementara embung tersebut terus diambil airnya. Embung Bengawan diambil airnya dengan cara dipompa menggunakan daya listrik dari genset berkekuatan 250 KV.
Berhubung genset itu pun baru, menurut Usman, tidak bisa difungsikan penuh 24 jam. Hanya dihidupkan enam jam per hari, demi alasan keamanan. Bahan bakar genset menguras banyak biaya, namun Usman belum merincinya. “Enam jam genset menyala setiap hari, secara nonstop, itu sudah cukup lama,” katanya.
Embung Bengawan di Juata Kerikil, Tarakan ini selesai dibangun tahun 2016. Namun embung berkapasitas 145.000 meter kubik ini, belum pernah diambil airnya sebagai sumber air baku PDAM, karena selama ini kebutuhan air baku terpenuhi oleh Embung Persemaian dan Binalatung.
Selama ini, hujan senantiasa turun sepanjang waktu di Kota Tarakan. Namun hampir sebulan terakhir, Tarakan tidak terguyur hujan deras. “Sebenarnya ada saja hujan, tapi tidak deras. Jatuhnya masih juga tidak ke embung, tapi ke perkotaan atau laut,” keluh Usman.
Dari sekitar 248.000 pelanggan PDAM Tirta Alam Tarakan, lebih separuhnya kini kesulitan mendapat air. Warga di perbukitan yang paling terimbas. Namun yang lainnya juga tidak mendapat aliran air PDAM seperti biasanya. Dengan kondisi saat ini yang menggunakan genset, yang bisa dipompa 80 liter per detik, atau hanya 80 persen dari kapasitas optimal.
Sofyan (33), warga Tarakan, menyebut, dua pekan terakhir air PDAM tidak bisa dipastikan waktu mengalirnya. “Pagi, bisa mati airnya. Saya punya tandon (tangki penampung) air sehingga masih bisa menahan agar tidak beli air. Memakai air ya seperlunya. Mandi ya sehari sekali,” katanya.