PURBALINGGA, KOMPAS — Sejumlah calon pengelola Badan Usaha Milik Desa Patemon, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, Jawa Tengah, dan pemerintah desa setempat melakukan studi banding ke Umbul Ponggok, Klaten, dan Kampung Flori, Kabupaten Sleman, Senin (3/9/2018). Mereka hendak mengembangkan destinasi wisata di Patemon untuk mendongkrak kesejahteraan warga.
”Ada 21 orang dari Desa Patemon yang mengikuti studi banding. Ke depan, destinasi wisata alam dan budaya menjadi prioritas pengembangan pariwisata Purbalingga,” kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Purbalingga Prayitno yang turut mendampingi studi banding, Senin, saat dihubungi dari Purbalingga.
Kepala Desa Patemon Hartato mengatakan, pihaknya memilih kunjungan ke Umbul Ponggok karena pengelolaan BUMDes di sana berhasil. Setidaknya, pendapatan per tahun BUMDes Ponggok mencapai Rp 13 miliar dari 9 perseroan terbatas (PT) di bawah pengelolaan BUMDes.
Sementara kunjungan ke Kampung Flori, Sleman, karena destinasi itu mirip dengan yang akan dikembangkan di Patemon. ”Di Patemon, potensi melimpah, yakni berupa sumber daya air dan agro. Kami juga menyiapkan lahan sekitar 13,5 hektar aset desa untuk pengembangan wisata tersebut,” kata Hartato.
Menurut dia, aspek manajemen yang dipelajari meliputi aspek kelembagaan, aspek manajemen usaha, penyusunan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga BUMDes, peraturan desa pendukung BUMDes, administrasi kelembagaan, administrasi keuangan, permodalan, kerja sama dengan pihak ketiga, serta mekanisme evaluasi dan monitoring.
”Kami memang baru merencanakan pendirian BUMDes dengan berbagai jenis usaha, di antaranya usaha pariwisata,” ujar Hartato.
Prayitno menambahkan, pengembangan potensi di Desa Patemon untuk pariwisata sangat prospektif. Potensi itu antara lain sumber daya air yang melimpah, kebun buah, kerajinan sapu, industri knalpot, perikanan, peternakan, dan sebagainya.
”Dari hasil diskusi awal, daya tarik yang akan disiapkan berupa menggabungkan wahana air, penginapan ala desa, kuliner sawah, dan museum pertanian. Namun, destinasi ini masih mungkin dikembangkan dengan munculnya ide dan saran dari pihak konsultan,” kata Prayitno.