Rabies Makan Korban
Selama Januari-Juli 2018 ada 750 orang di Kabupaten Sikka yang digigit anjing rabies. Satu orang tewas Sabtu lalu, tiga bulan setelah digigit.
MAUMERE, KOMPAS - Euprasia L Glelo (5 tahun 5 bulan) tewas digigit anjing rabies di Desa Baumekot, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Selain korban tewas, ada delapan korban lain yang juga digigit anjing yang sama di desa itu. Selama Januari-Juli 2018, sebanyak 750 warga Sikka digigit anjing rabies.
Sekretaris Komite Anti-Rabies Flores Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), dr Asep Purnama, dihubungi di Maumere, Minggu (2/9/2018), mengatakan, Vika, panggilan Euprasia, digigit anjing rabies akhir Mei 2018. Seusai digigit, korban tidak segera melapor kepada orangtua atau petugas kesehatan terdekat.
”Korban meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah TC Hillers Maumere, Sabtu, 1 September 2018 pukul 07.05 Wita. Ia dirawat satu malam setelah dibawa dari Baumekot ke rumah sakit. Gejala sakit korban sama dengan gejala gigitan rabies pada umumnya, antara lain gelisah, takut, muntah-muntah, takut melihat cahaya, dan demam,” kata Purnama.
Mario Nara, dokter spesialis anak RSUD TC Hillers yang merawat Vika, juga memastikan kematian korban akibat gigitan anjing rabies. Virus rabies bisa bertahan di dalam tubuh seseorang sampai lima tahun setelah digigit anjing rabies.
Anjing yang sama juga telah menggigit delapan orang. Seusai menggigit Vika, anjing itu langsung menghilang di hutan beberapa menit. Ia muncul lagi ke perkampungan warga hari itu, menyerang dan menggigit lima orang, kemudian menghilang. Ia muncul lagi di desa itu hari ketiga, menyerang tiga warga lain. Anjing ini kemudian ditemukan mati di hutan sekitar perkampungan oleh warga pada hari keempat. Kedelapan korban itu sedang diberikan pertolongan.
Anjing ini mendapat serangan rabies dari anjing lain sebelumnya. Anjing ini pula diduga menyebarkan virus rabies ke anjing lain, tetapi tidak terdeteksi. Penularan rabies antar-anjing di
Sikka sangat tinggi, termasuk anjing yang sudah diberi vaksin oleh petugas Dinas Pertanian dan Perkebunan Sikka.
Hal itu terbukti dengan pemeriksaan terhadap 64 anjing per 25 Agustus 2018. Hasilnya, 29 anjing di antaranya positif terkena virus rabies. Diduga, virus ini sudah menyebar di sebagian besar wilayah Sikka dan kabupaten sekitarnya di Pulau Flores.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Sikka drg Maria Margaretha mengatakan, Januari-Juli tercatat 750 kasus gigitan anjing rabies pada manusia. Meski tergolong tinggi, sampai Agustus 2018 baru satu korban gigitan anjing rabies meninggal.
”Korban ini pun tidak segera melaporkan ke petugas kesehatan setempat dan tidak juga mencuci bekas gigitan dengan sabun dan air langsung dari keran yang mengalir. Korban gigitan lain langsung mengikuti prosedur pencegahan dampak dari gigitan itu yang ditimbulkan oleh virus rabies,” kata Maria.
Pembatasan
Penjabat Sementara Bupati Sikka Flory Mekeng menyatakan telah memerintahkan para camat dan kepala desa untuk mengambil langkah, antara lain wajib menggerakkan warga dan pemilik anjing untuk aktif dalam kegiatan vaksinasi rabies. Selain itu, meminta warga membatasi pergerakan anjing dengan cara mengikat sehingga tidak berkeliaran guna mengurangi risiko penularan. ”Bagi warga yang terkena gigitan anjing agar segera mencuci luka dengan sabun pada air mengalir selama 15 menit sebagai pertolongan pertama pencegahan rabies dan segera membawa korban ke puskesmas terdekat,” ujar Flory.
Tentang masih ada 21.000 anjing di Sikka yang belum divaksin akibat keterbatasan biaya, menurut Flory, masalah itu sedang diupayakan. ”Kami berupaya agar vaksinasi rabies tetap berjalan. Apalagi saat ini tergolong darurat. Tapi, kuncinya ada pada kesadaran masyarakat. Kesadaran itu yang kini kami bangkitkan lagi,” ucap Flory.
Sejak kasus rabies menyerang anjing di Flores Lembata, 1996, sekitar 300 orang meninggal akibat gigitan anjing rabies. Kasus kematian khusus di Sikka sekitar 250 orang.
Perkembangan virus rabies di Sikka terus meningkat. Tahun ini dari 64 sampel spesimen kepala anjing yang diperiksa, 29 spesimen di antaranya positif virus rabies. Periode yang sama 2017, dari 26 anjing yang diperiksa, 11 anjing di antaranya positif terjangkit virus rabies. Pada 2016, hanya 1 anjing yang terkena virus dari 11 sampel anjing yang diperiksa. (KOR/JAN)