MATARAM, KOMPAS - Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar minta kebijakan dari para rektor untuk menunda atau membebaskan sementara pembayaran uang kuliah bagi mahasiswa asal Lombok Utara di sejumlah universitas negeri dan swasta. Orangtua mahasiswa harus memperbaiki tempat tinggal dan belum mendapat pekerjaan pascagempa di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
”Ribuan siswa dan mahasiswa yang belajar dan kuliah di perguruan tinggi di Jakarta, Yogyakarta, Malang, serta daerah lain kesulitan membayar uang kuliah. Orangtua mereka dalam kesusahan akibat gempa. Kami mohon kepada Pak Presiden atau Menteri Pendidikan membebaskan uang kuliah agar anak kami tetap mengikuti kegiatan akademik,” kata Najmul Akhyar yang didampingi Dedi Mudjadid, Pelaksana Tugas Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU), Senin (3/9/2018), di Tanjung, ibu kota KLU.
Orangtua mereka yang umumnya bekerja sebagai buruh tani atau buruh bangunan masih bergantung pada bantuan logistik donatur. Mereka tak bisa bekerja karena aktivitas bertani belum berjalan. Selain itu, belum ada developer pembangunan infrastruktur yang memanfaatkan jasa mereka.
Otoritas pendidikan tinggi diharapkan memberikan keringanan, bahkan membebaskan uang kuliah, bagi mahasiswa KLU yang semester ini belum membayar uang kuliah.
Dosen Fisipol Universitas Muhammadiyah Mataram, Darmansyah, mengatakan, permintaan Bupati KLU sesuai dengan kebijakan perguruan tinggi swasta itu yang berencana menunda pembayaran uang kuliah bagi mahasiswa KLU. Di perguruan tinggi itu cukup banyak mahasiswa asal KLU.
Rektor Universitas Mataram Husni mengatakan, pembayaran uang kuliah atau uang kuliah tunggal (UKT) di Unram berakhir 31 Juli sehingga sebelum gempa sudah banyak yang membayar UKT. Namun, program vokasi KLU kerja sama Unram dan Pemerintah KLU, yang biaya operasionalnya dari Pemkab KLU, ditangguhkan Unram akibat musibah gempa.
Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Joni Hermana mengatakan, ITS siap memberi keringanan penundaan pembayaran kepada mahasiswa asal Lombok yang keluarganya terdampak gempa. Jika diperlukan, ITS akan memberikan beasiswa berupa keringanan UKT kepada mahasiswa. Namun, hingga saat ini belum ada mahasiswa asal Lombok yang mengajukan keringanan biaya kuliah.
Raden Prawangsa yang biasa dipanggil Yoga, mahasiswa pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, mengatakan belum bisa membayar uang kuliah Rp 6 juta yang semestinya dilunasi 27 Agustus-2 September. Tiap semester Yoga yang orangtuanya bekerja sebagai petani mendapat dispensasi dari kampus untuk terlambat membayar uang kuliah. Dispensasi diurus sebulan sebelum batas akhir pembayaran. Namun, saat Yoga di Lombok, gempa membuat rumahnya ambruk dan telepon genggamnya ikut terkubur. Yoga yang kini menjadi relawan ingin segera kembali ke Yogyakarta, tetapi belum punya ongkos transpor. (RUL/ZAK/SYA)