JAYAPURA, KOMPAS — Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Papua untuk memetakan data profil perempuan dan anak di seluruh Papua pada tahun ini. Data tersebut menjadi patokan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan program yang tepat bagi perempuan dan anak.
Hal ini disampaikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise seusai penandatanganan kerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Liptek) Papua di Jayapura, Papua, Selasa (4/9/2018).
Yohana mengatakan, pihaknya mengadakan kerja sama dengan Liptek Papua dalam rangka pemetaan kondisi perempuan dan anak di wilayah pegunungan, pesisir, perkotaan, dan perdesaan di Provinsi Papua. Upaya ini baru pertama kali dilakukan di Papua.
”Penelitian ini sangat dibutuhkan karena belum ada data spesifik yang dapat menunjukkan kondisi riil perempuan dan anak di Provinsi Papua. Kami yang akan menyediakan anggaran untuk kegiatan ini,” kata Yohana.
Ia mengatakan, belum adanya gambaran pasti yang berbasis data terkait kondisi perempuan dan anak di Papua menyulitkan pemerintah dalam perencanaan dan penyelenggaraan program yang tepat untuk diterapkan.
Padahal, lanjut Yohana, kondisi perempuan dan anak di Papua yang dilihat dari segi geografis ataupun lingkup sosial juga memerlukan perhatian lebih karena tingkat kerentanan mereka yang masih tinggi untuk terpapar dengan kekerasan.
”Kerja sama ini adalah momentum yang strategis dan bersejarah. Hasil penelitian sebagai referensi bersifat ilmiah dalam rangka membuat kebijakan-kebijakan untuk pembangunan perempuan dan pemenuhan hak anak di Papua. Gambaran Indeks Pembangunan Jender di tanah Papua juga akan terlihat,” kata Yohana.
Ia menambahkan, terdapat banyak variabel penelitian yang akan digunakan tim dari Liptek Papua meliputi profil perempuan dan anak dalam sektor ekonomi, adat, budaya, kesehatan, dan pendidikan.
”Mudah-mudahan hasil riset ini memberikan sumbangan bagi Gubernur Papua terpilih Lukas Enembe dalam menyiapkan program properempuan dan anak,” ucapnya.
Ketua Tim Penelitian dari LIPTEK Papua Marlina Flasia mengatakan, pemetaan Papua harus berdasarkan kekhasan tiap-tiap wilayah. Karena itu, aspek budaya menjadi salah satu metode pendekatan yang digunakan tim peneliti.
Tim peneliti akan mengumpulkan data primer dengan turun langsung ke rumah-rumah di sejumlah wilayah perwakilan, antara lain Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Asmat, Kabupaten Nabire, Kabupaten Jayapura, dan Kota Jayapura.
”Papua memiliki tipologi dan ekologi daerah yang berbeda-beda. Karena itu, kami akan memotret kondisi perempuan dan anak sesuai dengan tipologinya,” kata Marlina.