BANDAR LAMPUNG, KOMPAS Balai Konservasi Sumber Daya Alam Lampung menyita seekor kukang (Nycticebus sp) albino dari warga di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Satwa liar itu hendak diperjualbelikan lewat media sosial.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Lampung-Bengkulu Teguh Ismail menuturkan, pihaknya mendapat informasi dari warga yang mengetahui bahwa remaja berinisial NA (17), warga Kalianda, Lampung Selatan, menjual kukang melalui Facebook. Kukang putih itu ditawarkan Rp 1 juta dalam forum jual beli satwa. Petugas BKSDA mendatangi rumah NA, Jumat (31/8/2018), untuk menyita satwa liar itu.
Di rumah NA, petugas BKSDA hanya bertemu dengan orangtuanya. Petugas memberikan informasi bahwa kukang termasuk dalam daftar satwa dilindungi. Petugas mengimbau agar primata diserahkan.
Rosdiawati, orangtua NA, mengatakan tidak tahu anaknya menjual kukang albino melalui Facebook. Dia juga tidak tahu, kukang merupakan satwa dilindungi.
Kukang didapat dari pohon rambutan di depan rumahnya lalu dipelihara NA. Rosdiawati menyerahkan kukang kepada petugas BKSDA.
Menurut Teguh, BKSDA akan meminta keterangan NA tentang asal mula kukang albino. ”Kami berharap masyarakat tidak menangkap, memelihara, atau memperdagangkan satwa dilindungi. Kalau memiliki, segera serahkan kepada petugas BKSDA,” kata Teguh, Senin (3/9), di Bandar Lampung.
Saat ini, kukang albino dititipkan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Seksi Wilayah III BKSDA Lampung. Kukang harus diperiksa dan direhabilitasi sebelum dilepasliarkan. Sugeng Dwi Hastono, dokter hewan di PPS BKSDA Lampung, mengatakan, kukang albino dalam keadaan sehat. Kukang betina itu telah dewasa, berusia lebih dari 1,5 tahun.
Kukang masuk dalam daftar satwa terancam punah akibat kerusakan habitat, perburuan, dan perdagangan ilegal.
Ekowisata
Habitat peneluran burung maleo (Macrocephalon maleo) menjadi daya tarik bagi wisatawan asing untuk berwisata ke Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Kepala Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) Lukita Awang di Manado, Senin, mengatakan, habitat peneluran burung yang hanya ada di Pulau Sulawesi itu terdapat di Tambun, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulut, dan Hungayono, Gorontalo. Lokasi Tambun ramai dikunjungi wisatawan asal Eropa.
Pihak TNBNW menggandeng warga setempat menyediakan kamar penginapan dan makan di rumah penduduk.
Alex, anggota Kelompok Maleo Leosan dari Desa Pinonobatuan, Bolaang Mongondow, menuturkan, kini banyak warga membuat kamar dilengkapi AC untuk turis asing. Tarifnya Rp 200.000-Rp 300.000 per malam. (VIO/ZAL)